Rabu, 24 Maret 2010

MUSEUMKU; KUBURAN DAN BUNGA KAMBOJA (Pengembangan dan Pemberdayaan Museum Di Era Global Sebagai Media Pendidikan)

Oleh
Agus Ali Imron Al Akhyar



Kuburan pantaskah aku senandungkan buat museumku???
Aku bermimpi andai kata ada bunga kamboja yang warna warni,
Menjadikan kuburan indah dan asri…
Sehingga diriku tidak merasa takut dalam pencarian ilmu…

Budaya merupakan suatu hal yang menarik untuk dipelajari dan juga diteliti meskipun hanya untuk pengetahuan. Dengan kita mempelajari budaya, terasa dekat sekali kepada kultur masyarakat yang beraneka ragama. Akhir-akhir ini penelitian mengenai kesejarahan mulai memperhatikan yang namanya kesejarahan lokal. Sejarah yang ada di daerah-daerah, tepatnya seperti kesejarahan lokal, atau keberadaan peninggalan masa lalu, seperti candi, makam tokoh Islam, cerita desa-desa (oral history) atau benda-benda bersejarah. Hasil cipta, rasa dan karsa peradaban masyarakat terdahulu telah diwariskan kepada peradaban masa ini.

Sering kita melihat atau mendengar keberadaan candi, makam tokoh Islam dan juga benda-benda yang masih bertuah tersimpan rapi di museum. Untuk memahami latar belakang benda-benda bersejarah sebagai benda hasil kebudayaan, perlu diperhatikan faktor yang berperan didalamnya, baik fisik maupun non fisik. Untuk itu, sangat dibutuhkan pemahaman secara kontekstual sebelum itu semua dijadikan media pembelajaran pada peserta didik.

Bukti sejarah merupakan keharusan dalam pembuktian pada zaman sekarang ini. Maka dari itulah keberadaan museum sangat diperlukan sekali. Museum sebagai tempat menyimpan, melindungi, merawat dan juga memperdayakan koleksi yang ada. Meskipun sudah ada museum, namun mengapa keberadaannya sepi dan jarang sekali yang mengunjunginya. Dari kesepian museum tentu masih ada museum-museum yang ramai, itupun bisa dihitung dengan jemari tangan. Akan tetapi keberadaan museum sangat menyedihkan sekali realitanya, salah satu menjadi objek penelitian kali ini adalah museum daerah yang ada di Tulungagung. Sebuah bangunan museum yang berada di desa Boyolangu, tepatnya berada satu jalur menuju Pantai Indah Popoh.

Dengan bangunan museum yang tidak terlalu luas, bahkan untuk menampung benda-benda cagar budaya saja hampir tidak cukup. Dengan koleksi benda sejarah yang sudah mulai bertambah. Nampak sudah kesempitan yang menghimpit ruangan penyimpanan koleksi bersejarah. Maka dari itulah perlunya sebuah alternatif untuk mengembangkan serta memberdayakan potensi museum yang ada di daerah. Kemungkinan tidak hanya museum daerah Tulungagung saja, melainkan museum-museum di daerah lainnya yang mempunyai nasib sama dengan keberadaan museum daerah Tulungagung.

Perlu kita untuk menyadari, bahwasanya dari sejarahlah kita dapat berhati-hati dalam melangkah menuju masa depan, jangan sekali-kali melupakan sejarah (JASMERAH), karena sejarah merupakan wahana intelektualitas dimasa depan. Sehingga perlunya media pembelajaran anak didik untuk memperkenalkan hasil karya warisan peradaban masa lampau. Pengenalan museum merupakan suatu pembelajaran utama untuk generasi muda sekarang ini, agar mengetahui betapa agungnya hasil karya leluhurnya.

Banyak diantara masyarakat yang masih beranggapan bahwa keberadaan museum adalah salah satu tempat yang semata-mata hanya untuk menyimpan serta memamerkan benda-benda kuno (baca: sejarah). Disamping itu juga peserta didik (pelajar) masih “awam” mengenai pengertian tentang fungsi dan peranan keberadaan museum. Hal itu dimungkinkan kurangnya informasi baik dari segi media cetak maupun elektronik. Sehingga yang berkunjung hanya orang-orang tertentu saja dalam disiplin ilmu, seperti peneliti, sejarawan, maupun mahasiswa yang mengadakan penelitian untuk bahan membuat skripsi.
Menurut penelitian Prof. Pott dari Belanda, pada tahun ’80-an, menghasilkan tiga jenis motivasi untuk mengunjungi museum, diantaranya: (1). Motivasi melihat keindahan benda, (2). Motivasi untuk menambah pengetahuan, (3). Motivasi untuk tempat bernostalgia. Maka dari itulah pada tahun 2010 kali ini, selayaknya kita memberikan penghargaan kepada museum-museum, yang telah setia menampung Benda Cagar Budaya (BCB), hasil karya dari warisan leluhur. Dilain sisi keberadaan museum merupakan suatu instrumen yang menyimpan rekaman sejarah bangsa ini.

Museum Dalam Arti
Peserta didik (baca: pelajar) jarang sekali yang memahami museum dalam arti luas. Mereka sering beranggapan, bahwa museum adalah tempat menyimpan koleksi benda-benda sejarah saja, dengan kondisi arca ada yang rusak dan juga ada yang masih utuh. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia (2008:1057), museum adalah tempat menyimpan benda-benda purbakala, sejarah, tempat menyimpan barang kuno. Melihat gambaran makna arti dari museum tersebut merupakan pengartian secara sempit.

Padahal pengertian museum menurut ICOM (The International Countil of Museum), yaitu sebuah lembaga (badan) yang tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, yang bertugas untuk menyimpulkan, meneliti, merawat dan menyajikan segala benda (barang) hasil pembuktian material manusia dan lingkungan untuk tujuan pendidikan, ilmiah dan penikmatan seni (Sudibyo:1994).

Sehingga berdasarkan batasan dari ICOM tersebut, sebenarnya ruang lingkup museum sangat luas. Tidak hanya sebagai wadah untuk menyimpan benda-benda kuno saja, melainkan bisa juga dijadikan rekreasi, wisata budaya, pendidikan (education center), sebagai objek pembuatan karya ilmiah dan juga sebagai objek penikmatan maha karya leluhur. Secara tidak langsung bisa diistilahkan dengan “wisata kita menambah ilmu (study tour)”.

Menurut Soetjipto (1982) arti museum, seperti halnya arti kata, hanya dapat dipahami oleh karena fungsinya dan kegiatan-kegiatannya. Dari zaman ke zaman ternyata fungsi museum itu telah mengalami perubahan-perubahan. Tetapi hakikatnya, arti museum itu tetap mengingatkan kita kepada kuil di zaman Yunani klasik, tempat persembahyangan dan pemujaan ke-9 Dewi Muse, lambang-lambang berbagai cabang ilmu dan kesenian.

Pada dasarnya fungsi dari museum sangat banyak, andai kata kita mampu mencerna keberadaan dari museum. Secara kodrati keberadaan museum juga harus mengalami proses perubahan atau perkembangan. Hal tersebut merupakan sudah transisi kemodernan zaman, dulu museum dianggap remeh atau bisa dibilang di anak tirikan. Maka dari itu pada peradaban 2010 ini selayaknya museum mempunyai peran penting dalam mencerdaskan kehidupan pendidikan bangsa ini.

Jadi dapat disimpulkan, bahwasanya museum merupakan alat komunikasi antar pengunjung dengan suatu kebudayaan hasil karya manusia dan selain itu juga kita bisa melihat keindahan karya budaya hasil warisan leluhur (candi, yoni, lingga, arca dan umpak). Dalam segi pariwisata, hal ini dapat digunakan untuk mengkomunikasikan suatu asset budaya bagi calon wisatawan yang ingin berkunjung, termasuk faktor-faktor pengembangan yang diminati oleh para wisatawan agar nantinya mereka tidak bosan ketika berkunjung ke museum.

Sehingga keberadaan museum terutama yang ada di daerah-daerah, dapat menjadi ikon terpenting dalam pengembangan serta pemberdayaan masyarakat sekitar. Dilain sisi museum sebagai media pendidikan (education center) dan juga museum bisa menjadi instrumen pengentasan kemiskinan, dengan cara museum dikembangkan sebagai perekonomian alternatif ditingkat daerah. Maksudnya adalah keberadaan museum dikembangkan serta diberdayakan secara maksimal yang nantinya dapat dijadikan instrumen perekonomian masyarakat, contohnya; di dekat museum dibangunkannya pasar seni budaya yang menjual kerajinan lokal, makanan camilan lokal dan lain sebagainya. Kapan lagi kita bisa menghargai dan mengagumi hasil budaya maha karya leluhur kita, kecuali sejak sekarang ini.

Sebab pada trend mode 2010 ini sudah mulai menampakan gejala-gejala yang bisa merusak kebudayaan lokal. Sehingga perlunya pengkonsumsian produk asli lokal, khususnya dalam bidang kesejarahan, kesenian dan kebudayaan. Memberikan perhatian dan juga penghargaan bagi warisan budaya, merupakan wujud dari rasa cinta Tanah Air. Selain itu, pemerintah dan khususnya masyarakat sendiri juga harus mampu menyaring (filter) arus kebudayaan dari luar (Asing).

Museum Dihati Kita
Perjalanan yang terekam dengan baik membuat kita bangga dan merasa jati diri kita terus dihargai dari generasi ke generasi. Namun apabila warisan budaya tidak sama sekali diperhatikan, seakan-akan membuat menangis yang mewarisi, mereka merasa kalau warisannya tidak dimanfaatkan oleh generasi berikutnya. Museum sebagai hasil budidaya manusia perlu mendapatkan perhatian secara khusus. Tidak semua orang bisa dan mampu mengelola museum. Sebab keberadaan museum merupakan tempat menyimpan perjalanan sejarah suatu tempat, khususnya menyimpan kesejarahan bangsa Indonesia.

Mengingat museum menyimpan bukti-bukti peninggalan yang bersifat konkrit dan juga mengandung nilai-nilai luhur yang perlu dilestarikan. Yang terpenting dari itu adalah di museum merupakan tempat menyimpan perjalanan peradaban masa lalu. Pengabadian warisan budaya tersebut sangatlah perlu, sebagai bukti perjalanan kesejarahan Tanah Air Nusantara yang kita cintai dan kita banggakan.

Dengan tujuan pengembangan serta pemberdayaan museum sebagai instrumen education center of history sangatlah tidak semudah kita membalikan telapak tangan. Tentunya berbagai hambatan akan muncul, akan tetapi yang namanya “demi” mencerdaskan generasi muda (pelajar) hambatan apapun harus dihadapi. Penambahan koleksi permuseuman memang juga menjadi hal terpenting, tata letak permuseuman yang harus juga diperhatikan. Sebab tata letak merupakan salah satu daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Selain itu sekiranya museum di tempatkan pada lokasi yang mudah dijangkau, aman, dan juga mempunyai lahan tanah yang luas.

MUSEUM DIHATI KITA, sebuah slogan sederhana yang harus ditanamkan dihati pelajar dan masyarakat. Sehingga museum tidak sepi ibarat kuburan tanpa ada bunga kamboja yang warna warni. Maka dari itulah keberadaan bunga kamboja diibaratkan sebagai pengembangan museum yang selama ini dianggap tempat sepi (seperti kuburan karena menyimpan benda-benda mati). Dengan adanya pengembangan tersebutlah nantinya museum dapat selayaknya dikunjungi dan juga menjadi instrumen mencerdaskan generasi muda melalui kesejarahan. Selain itu kita bisa menghayati kebesaran Allah yang telah menciptakan isi bumi serta makhlukNya.

Secercah Sinar Dibalik Bunga Kamboja
Pengharapan yang sangat besar, agar nantinya museum dapat dikembangkan serta diberdayakan sebagai media pembelajaran peserta didik. Tentunya disetiap daerah terdapat tempat untuk menyimpan Benda Cagar Budaya (BCB). Maka dari situlah potensi yang memungkinkan tersebut dapat kita jadikan tolok ukur keberadaan museum dalam tingkat nasional. Museum bisa dimanfaatkan pengelolaannya semaksimal mungkin sebagai education center of science. Jadi keberadaan museum tidak di anak tirikan lagi, karena museum sudah menjadi kebutuhan palajar dan masyarakat dalam keilmuan, rekreasi dan bersantai.

Pemikiran untuk mengembangkan museum agar tidak monoton terhadap pendidikan memang selayaknya segera dilakukan. Berbagai pihak baik swasta, pemerintah maupun penguasa yang mempunyai kepedulian dalam warisan kebudayaan. Sehingga semua pihak harus bisa berperan aktif dalam pengembangan ini (people oriented). Pada prinsipnya dalam pengembangan museum di Negara Indonesia tujuan dan sasaran yang perlu mendapat perhatian dalam pengembangan museum yang modern adalah bagaimana caranya museum bisa bermanfaat bagi semua kalangan khususnya pelajar yang dalam pengembangannya tidak keluar jalur pada nilai-nilai kesejarahan.

Semakin meningkatnya virus-virus asing yang mengatasnamakan kemodernan telah menjadikan kebudayaan asli bangsa ini mulai merana tanpa tuan. Maka dari itulah perlunya untuk memanfaatkan keberadaan museum sebagai filter dalam dunia kemodernan tentunya dengan penerapan education center of history. Arah pengembangan yang positif tentunya menjadi niatan yang baik dalam memperhatikan warisan budaya leluhur. Dari situlah secercah sinar mentari telah memberikan ruang baru bagi permuseuman di daerah-daerah.
Sebuah konsep yang sementara ini masih belum tercamah oleh sebagian daerah untuk pengembangan museum, diantaranya; pembangunan café tradisional, perpustakaan, pasar tradisional dan gelanggang gelar kesenian. Maksud dari tujuan kali ini ialah agar nantinya museum tidak di anak tirikan oleh publik. Betapa pentingnya penyadaran terhadap masyarakat khususnya pelajar betapa pentingnya keberadaan sebuah museum daerah sebagai media pendidikan dan pengetahuan.

Adapun arah pengembangan untuk museum adalah dibangunkannya café tradisional, yang mana dalam konsep kali ini café tersebut jangan berpikiran seperti café-café yang selama ini ada. Malainkan café tersebut dikonsep tradisional yang dipadukan dengan konsep natural, sehingga secara tidak langsung museum bisa dekat dengan alam. Café tersebut menyajikan makanan khas dari daerah. Seperti halnya di daerah Tulungagung, maka yang disajikan adalah makanan khas Tulungagung, contoh; cenil, lodho, sompel tahu, dan geti. Tidak lupa yaitu minumannya, disini minumannya juga bersifat tradisional.

Selain dibangun café tradisional, juga dibangunkannya sebuah perpustakaan yang menyimpan koleksi berbagai buku yang bernuansa pendidikan, sejarah, agama maupun buku yang berwawasan umum. Sehingga antara museum dan keilmuan selalu terkait erat. Tentunya keberadaan perpustakaan tersebut mendukung keberadaan museum, sebab perpustakaan tersebut diharapkan mampu menyediakan referensi yang mutakhir dan selalu update to data.

Konsep yang ketiga, ialah dibangunkannya Gelanggang Budaya. Konsep yang ketiga ini merupakan perpaduan antara museum dan juga kesenian lokal. Maksud dari itu semua adalah keberadaan Gelanggang Budaya disini tempatnya satu area dengan museum, sehingga setiap satu minggu sekali sudah terjadwal dengan baik kesenian maupun kebudaya apa yang harus ditampilkan. Dengan tujuan, museum tidak sepi dari pengunjung dan juga dengan keberadaannya Gelanggang Budaya kesenian lokal bisa hidup dan tidak diklaim oleh bangsa lain.

Mengapa perlu dibangunkannya Gelanggang Budaya di area museum?, dengan konsep sedemikian bertujuan agar kesenian dalam taraf lokal bisa diketahui oleh masyarakat atau generasi muda (pelajar). Ditakutkan karena ketidaktahuan mereka mengenai kesenian dan kebudayaan lokal, mengakibatkan bisa diklaim oleh bangsa lain. Maka dari itulah perpaduan alternatif antara museum, kesenian dan kebudayaan lokal bisa seirama dalam mewujudkan pendidikan yang konkrit dan fleksibel pada generasi muda (baca: pelajar).

LASER (Lawatan Sejarah Dengan Bersepeda)
Pendidikan tidak hanya pada bangku kelas yang disekat dengan ruangan kelas-kelas. Melainkan pendidikan yang konkrit dan fleksibel ialah langsung terjun ke lapangan. Sehingga anak didik mampu mengenali, memahami bahkan menganalisis secara realita pada objek yang akan dikaji. Selama ini anak didik terpaku pada tulisan teks buku yang di ajarkan di dalam kelas-kelas. Keberagaman kebudayaan (lokal) di masyarakat tentunya media alternatif pengenalan dalam dunia pendidikan.

Sebagai suatu entitas yang terkait dalam budaya dan peradaban manusia, pendidikan diberbagai belahan dunia mengalami perubahan amat dasar dalam era globalisasi. Seperti kata Charles Dickens, it’s the best of times and the worst of times (ini adalah masa paling baik sekaligus paling buruk). Ada banyak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bisa dinikmati umat manusia. Sebaliknya, kemajuan itu juga beriringan dengan kesengsaraan banyak anak manusia (Anita:2004).

Pada dasarnya era globalisasi sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan. Berbagai teknologi informatika sudah sangat mudah dijangkau untuk kemajuan pengajaran siswa. Namun dilain sisi kemudahan tersebut membawa ketidakberdayaan pada kalangan siswa yang mempunyai keluarga yang perekonomiannya standar. Maka dari itulah sebuah komunitas yang sangat peduli pada dunia pendidikan sebut saja KS2B (Kanjian Sejarah, Sosial dan Budaya) Tulungagung, baru-baru ini mengadakan kegiatan Lawatan Sejarah Dengan Bersepeda atau disingkat LASER.

Tempat pada tanggal 15 November 2009, LASER (Lawatan Sejarah Menggunakan Sepeda) mengadakan lawatan mengunjungi situs-situs bersejarah dan salah satunya adalah mengunjungi Museum daerah Tulungagung. Pesertanya dari kalangan pelajar SMP/MTs, SMA/SMK/MA se Kabupaten Tulungagung. Para siswa diajak rekreasi dengan menggunakan sepeda untuk mengunjungi museum daaerah Tulungagung dan juga situs-situs bersejarah lainnya.

Didalam acara LASER tersebut siswa diberi bekal beberapa buku pedoman yang disediakan oleh panitia, yang nantinya peserta menuliskan apa saja yang ada di museum, siswa disuruh mendiskripsikan benda-benda bersejarah yang ada di museum dan juga sebagai buku harian perjalanan LASER tersebut. Penulis mengamati para siswa-siswi sangat antusias dalam belajar langsung ke museum, bahkan ada sebagian guru-guru yang tertarik mengikuti acara LASER tersebut.

Pada intinya adalah perlunya sebuah metode pembelajaran yang aktif inovatif dan tepat sasaran dalam mengenalkan dunia kesejarahan (baca: museum). Belajar merupakan hak setiap pelajar maupun masyarakat secara luas. Akan tetapi kegiatan belajar mengajar tentunya tidak harus pada satu tempat yang bernama sekolah, melainkan Alam, Candi, Museum, Masjid maupun situs-situs bersejarah bahkan kerealitaan di masyarakat bisa dijadikan bahan ajar mereka. Sehingga pelajar (siswa-siwi) tidak hanya mempunyai sudut pandang yang terbatas di kelas saja melalui sebuah dongeng dari sang gurunya.

Sehingga tujuan utama belajar, yaitu mencerdaskan, memahamkan, memberi keilmuan yang terhadap peserta didik bisa menjadi luas pandangannya ketika dihadapkan pada objek realita. Museum merupakan bahan pengajaran yang konkrit dalam dunia sejarah. Betapa rugi kalau keberadaan museum tidak dimanfaatkan dengan baik dalam kehidupan pendidikan.

Penutup Tulisan
MUSEUM, memerlukan perhatian kita dan semua kalangan baik swasta serta pemerintah. Namun kita tidak merasakan betapa sedih dan merananya museum-museum kita. Museum yang di anak tirikan, tentunya kita dapat menyayangi, mencintai sepenuh jiwa. Maka dari itulah pada tahun 2010 ini kita mempu memberikan penghargaan kepada museum terutama di daerah-daerah. Museum apabila dikembangkan akan menjanjikan kedepannya.

Sangat menyedihkan, museum yang merupakan tempat menyimpan alur kesejarahan bangsa ini, kini tidak ada yang menyentuhnya dalam pengembangan dan pemberdayaan. Pemerintah dan khususnya dunia pendidikan harus segera sadar betapa aysiknya sambil belajar dan rekreasi bisa menikmati benda-benda bersejarah yang ada di museum. Sehingga pengertian dari study tour tidak melenceng terlalu jauh. Sebab kebanyakkan sekolah-sekolah menggunakan istilah study tour namun pada realitanya hanya rekreasi atau tour saja, akan tetapi pendidikan (study) masih jauh dari apa yang diharapkan pada realitanya.

Museum memerlukan publikasi kepada masyarakat khususnya pelajar (sekolah-sekolah). Selain itu museum juga memerlukan pengembangan dan pemberdayaan, agar nantinya pelajar, masyarakat umum agar mau untuk mengunjungi museum. Salah satu konsep yang ada, semacam café tradisional, perpustakaan dan gelanggang budaya, merupakan suatu wujud bunga kamboja di kuburan. Manakala bunga kamboja itu indah dan menawan, pada saat itulah kita tidak merasa takut karena keangkeran dari kuburan.

Begitu pula dengan pengembangan dan pemberdayaan museum, ketika museum diberdayakan dengan baik dan penuh sensasi inovatif baru, maka masyarakat khususnya pelajar dan wisatawan internasional tidak merasa bosan untuk terus mengunjungi museum dan tentunya sembari mencari ilmu dan inspirasi baru dalam berkarya.

Museum dan dunia pendidikan, sangat erat sekali hubungannya. Museum yang dijadikan sebagai instrumen dalam pengenalan, pemahaman serta tempat infomarsi kesejarahan zaman dahulu. Maka dari itulah perlunya penggalaan MUSEUM DI HATI KITA, mampu menjadikan ikon terdepan pada tahun 2010 kali ini. Mempelajari sejarah, merupakan sesuatu hal yang baik. Sebab dari sejarahlah kita mampu melangkah lebih hati-hati dalam kehidupan selanjutnya.

Bangsa dan Negara manapun menjadi indah tergantung para manusia yang menghuni cara mengisi dan merawatnya. Negara utuh apabila: “Bangsanya tidak melupakan sejarah, Rakyatnya tidak meninggalkan sastra, budaya sendiri, Pemimpin-pemimpinnya malu berbuat jahat, takut akan akibatnya.” (Bhikku Dhammasubho). Betapa agungnya apabila kita mampu belajar dari sejarah (melalui museum), tataplah dirimu sebelum menatap sang waktu. Maksudnya persiapkan diri (baca: museum) sebelum menyongsong peradaban baru.