Artikel: Folklor Bahan Pembelajaran Peserta Didik
Artikel: Manten Kucing Tulungagung
Artikel: Ada Apa Dengan Kakang Mbak Yu
Artikel: Eskpedisi Tulungagung Selatan
Artikel: Ekspedisi Sungai Song Kalangbret
Reyog Tulungagung
Tradisi Ulur-Ulur Tulungagung
Artikel:Reyog Kendhang, Kearifan Asal Tulungagung
Artikel: Kearsipan Kapan Ada Angin Segar
Artikel: Anekaragam Cobek Tulungagung
Replika tengkorak manusia purba wajakensis, replika ini sudah dimiliki oleh Tulungagung, letak penempatannya berada di DISBUDPARPORA Kabupaten Tulungagung. Replika tengkorak Wajakensis ini dibuat di Bandung Jawa Barat, pada tahun 2012 yang lalu. Replikasi tengkorak ini merupakan cetakan asli dari keberadaan manusia purba wajakensis yang diketemukan di pesisir selatan daerah Tulungagung.
Monument wajakensis, merupakan tugu prasasti pertanda kawasan tersebut pernah diketemukan tengkorak manusia purba Wajakensis. Namun penemuan tersebut selama ini masih belum diketahui publik secara penuh. Monumen Wajakensis ini dibangun dan selesai pada tahun 2012, yang diresmikan oleh Bupati Tulungagung saat itu. Hampir menyerap anggaran beratus-ratus juga, tempat monument ini berada di Distrik Wajak, Campurdarat, Tulungagung, Jawa Timur.
Foto ini merupakan bangunan Klenteng Tri Dharma Tulungagung, apabila saat ini berada di sebelah timur Gedung Bharata. Ini foto semasa Tulungagung banjir pada tahun 1954 silam, sehingga Tulungagung dulunya mempunyai sebutan daerah Ngrowo, karena banyak rawa-rawanya. Merekam jejak-jejak sejarah Tulungagung memang sungguh unik dan mengasikan.
Masjid Winong, beratapkan tumpang. Keberadaannya memang masih nampak klasik, dan juga tepatnya di Desa Winong, Kec. Kedungwaru, Kab. Tulungagung. Masjid Winong ini disebelah baratnya terdapat area pemakaman. Di sebelah barat masjid sisi utara terdapat Makam Mbah Langkir, yang juga termasuk orang yang berjasa di daerah tersebut. Desa Winong merupakan daerah yang berada di sebelah utara Pusat Pemerintahan Tulungagung.
Ketika kearifan lokal menjadi acuan yang terbaik untuk mampu merubah peradaban, namun yang ada ketika sudah berkaitan dengan uang/anggaran maka lenyaplah bijak, arif, dan kebaikknya untuk memunculkan kearifan lokal. Ketika sudah bermain dengan anggaran, pastilah akan lupa untuk melahirkan kearifan lokal dengan daya 100%. Kliping ini akan mengingatkan saya selama-lamanya akan pentingnya sebuah kearifan lokal yang baik.
Karcis Kereta Api model lama, yang saat itu masih kelihatan klasik. Namun seiring perkembang jaman, karcis model begitu sudah tergantikan dengan model modernisasi, bisa dibilang sudah semakin canggih menggunakan sistem online, dan sekarang membeli tiketnya harus memakai online, serta stasiun kecil yang ada di desa-desa sudah tidak dipakai tempat berhenti, kecuali stasiun yang memiliki kapasitas besar, Stasiun Kota.
Artikel: Manten Kucing Tulungagung
Artikel: Ada Apa Dengan Kakang Mbak Yu
Artikel: Eskpedisi Tulungagung Selatan
Artikel: Ekspedisi Sungai Song Kalangbret
Reyog Tulungagung
Tradisi Ulur-Ulur Tulungagung
Artikel:Reyog Kendhang, Kearifan Asal Tulungagung
Artikel: Kearsipan Kapan Ada Angin Segar
Artikel: Anekaragam Cobek Tulungagung
Replika tengkorak manusia purba wajakensis, replika ini sudah dimiliki oleh Tulungagung, letak penempatannya berada di DISBUDPARPORA Kabupaten Tulungagung. Replika tengkorak Wajakensis ini dibuat di Bandung Jawa Barat, pada tahun 2012 yang lalu. Replikasi tengkorak ini merupakan cetakan asli dari keberadaan manusia purba wajakensis yang diketemukan di pesisir selatan daerah Tulungagung.
Monument wajakensis, merupakan tugu prasasti pertanda kawasan tersebut pernah diketemukan tengkorak manusia purba Wajakensis. Namun penemuan tersebut selama ini masih belum diketahui publik secara penuh. Monumen Wajakensis ini dibangun dan selesai pada tahun 2012, yang diresmikan oleh Bupati Tulungagung saat itu. Hampir menyerap anggaran beratus-ratus juga, tempat monument ini berada di Distrik Wajak, Campurdarat, Tulungagung, Jawa Timur.
Foto ini merupakan bangunan Klenteng Tri Dharma Tulungagung, apabila saat ini berada di sebelah timur Gedung Bharata. Ini foto semasa Tulungagung banjir pada tahun 1954 silam, sehingga Tulungagung dulunya mempunyai sebutan daerah Ngrowo, karena banyak rawa-rawanya. Merekam jejak-jejak sejarah Tulungagung memang sungguh unik dan mengasikan.
Masjid Winong, beratapkan tumpang. Keberadaannya memang masih nampak klasik, dan juga tepatnya di Desa Winong, Kec. Kedungwaru, Kab. Tulungagung. Masjid Winong ini disebelah baratnya terdapat area pemakaman. Di sebelah barat masjid sisi utara terdapat Makam Mbah Langkir, yang juga termasuk orang yang berjasa di daerah tersebut. Desa Winong merupakan daerah yang berada di sebelah utara Pusat Pemerintahan Tulungagung.
Ketika kearifan lokal menjadi acuan yang terbaik untuk mampu merubah peradaban, namun yang ada ketika sudah berkaitan dengan uang/anggaran maka lenyaplah bijak, arif, dan kebaikknya untuk memunculkan kearifan lokal. Ketika sudah bermain dengan anggaran, pastilah akan lupa untuk melahirkan kearifan lokal dengan daya 100%. Kliping ini akan mengingatkan saya selama-lamanya akan pentingnya sebuah kearifan lokal yang baik.
Karcis Kereta Api model lama, yang saat itu masih kelihatan klasik. Namun seiring perkembang jaman, karcis model begitu sudah tergantikan dengan model modernisasi, bisa dibilang sudah semakin canggih menggunakan sistem online, dan sekarang membeli tiketnya harus memakai online, serta stasiun kecil yang ada di desa-desa sudah tidak dipakai tempat berhenti, kecuali stasiun yang memiliki kapasitas besar, Stasiun Kota.