Rabu, 09 Februari 2011

EKSPEDISI SUNGAI SONG, BAGIAN 1 KABUPATEN TULUNGAGUNG


Oleh 
Agus Ali Imron Al Akhyar



Tim Ekspedisi Sungai Song:
1. Beni Harjanto, M.Pd.
2. Trijono, S.S.
3. Latif Kusairi, S.Hum.
4. Bramanta Putra Pamungkas
5. Agus Ali Imron Al Akhyar
6. Istiqlal Widyatama Ihsan Fasa’

Latar Belakang Ekspedisi
Ilmu itu luas, pengetahuan itu laksanakan laut yang di garami. Manusia hanya sebagai pelaku, untuk memperkaya pengetahuan harus perlunya; membaca, meneliti, mengamati, dan menulis. Proses yang tidak secepat kilat, namun memerlukan proses ketelatenan dan juga semangat yang tinggi. Kajian Sejarah, Sosial, dan Budaya Tulungagung, merupakan sebuah lembaga yang berdidikasi tinggi terhadap dunia sejarah, sosial, dan budaya.

Dengan keingintahuan, kemauan, serta pembelajaran dalam anggota Kajian Sejarah, Sosial, dan Budaya {KS2B}, maka Ekspedisi Sungai Song ini pun dilaksanakan sebagai wujud pengaplikasian keingintahuan dan pengetahuan mengenai dunia keilmuan. Daerah Tulungagung sendiri masalah sejarah masih minim, apa lagi dinas yang terkait sangat jarang turun ke lapangan. Sehingga dari Kajian Sejarah, Sosial, dan Budaya {KS2B} ingin Ndhudhuk, Dhudhah, dan Gugah warisan leluhur yang ada di Tulungagung.

Candi, makam kuno, masjid kuno, dan juga situs-situs bersejarah yang belum terungkap dengan baik, perlunya sentuhan tangan halus dari berbagai disiplin ilmu, sehingga generasi muda (pelajar) dapat mengetahui, mempelajari, bahkan mengkajinya sebagai wawasan cakrawala pendidikan. Maraknya simbol-simbol American brain telah membuat generasi muda menjauhi kearifan lokal.

Penerapan pendidikan yang memanusiakan pelajar, saat ini memang agak luntur, sehingga sarana fasilitas dalam tingkat lokal (daerah) seakan-akan nampak kuno, dan anak-anak sendiri tidak tertarik. Sehingga mereka terkena virus budaya Barat, memang satu sisi kita tidak boleh menyalahkannya, sebab kesalahan kita seharusnya menyaring budaya yang masuk.

Kajian Sejarah, Sosial, dan Budaya {KS2B} Tulungagung mencoba untuk menumbuhkan dari kekerdilan sejarah di daerah Tulungagung, dengan mengemasnya dalam bentuk penelitian, mengamati, dan dikaji sebagai bentuk ilmu pengetahuan. Setelah itu dipublikasikan, baik lewat media Koran lokal, nasional bahkan internasional, media elektronik (Facebook, Blogger, dan Internet).

Lokasi Ekspedisi
Ekspedisi Sungai Song kali ini dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 02 Januari 2011. Tim ekspedisi berkumpul di rumah Bapak Beni Harjanto, desa Sobontoro, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, pada pukul 09:00 WIB. Setelah tim berkumpul, maka berangkat menuju lokasi tepat pukul 09:38 WIB. Rute yang kami lalui; Desa Sobontoro, Desa Kalangbret, Desa Kauman, dan diakhiri di Desa Pucangan. Kami pertama menuju area penduduk yang juga terdapat aliran Sungai Song pada pukul 10:05 WIB. Setelah kami menelusuri aliran sungai tersebut, kami tidak menemukan petunjuk, akhirnya ada warga penduduk setempat, kami mengajak berbincang-bincang.

Setelah menemukan titik terang, kami melanjutkan ekspedisi menuju ke aliran Sungai Song yang berdekatan dengan tempat Wisata Srabah. Perjalanan kami tidak ada hambatan, kecuali kami mengalami kekeliruan lokasi, sebab kami tidak begitu tahu lokasinya. Kami mengetahui tempat tersebut kalau ada benda-benda bersejarah dari orang yang bernamakan Gotri. Akhirnya kami selang satu jam, menemukan lokasi untuk di ekspedisi. Daerah tersebut memang terletak di area persawahan, dan terdapat pemandangan yang indah, gunung-gunung yang menjulang tinggi.

Di area situlah kami memulai Ekspedisi Sungai Song, sungai tersebut memang beraruskan cukup deras, mengalir dari kawasan Pagerwojo, Segawe, dan akhirnya sampai di daerah Kauman. Pada aliran sungai tersebut terdapat penambang pasir dan batu-batuan kali. Memang kalau kita amati, penduduk disepanjang aliran Sungai Song, matapencahariannya sebagai penambang pasir dan batu kali. Bahkan saat itu ada anak kecil yang berumuran belasan tahun juga mengisi liburannya untuk membantu mencari batu kali.

Gemercik air sungai yang mengalir dengan indahnya, membuat menawan bagi yang melihatnya. Padi-padi yang menguning hampir panen, menyambut kehadiran kami dalam suasana keilmuan. Namun penduduk sekitar yang bekerjanya menambang pasir dan batu kali nampak apatis dengan kehadiran kami. Sebab ketika kami mewawancari atau sekedar berbicara, mereka nampak terbebani untuk menjawab pertanyaan kami. Namun kami menyadarinya, kalau penduduk sekitar memang tertutup dari orang luar yang belum mereka kenal.

Intinya dari balai desa Pucangan, menuju terus menelusuri jalan, belok kiri melewati warung kopi yang ada di kanan jalan, terus ke barat ada tingkungan menuju ke kiri dan terus menuju ke area persawahan, antara sawah dan kawasan penduduk terdapat jembatan penghubung. Disitulah kami memulai melakukan Ekspedisi Sungai Song.

Hasil Penemuan Ekspedisi
Penelusuran yang dilakukan Tim Kajian Sejarah, Sosial, dan Budaya Kabupaten Tulungagung, hampir dua jam kami menelusuri sepanjang aliran Sungai Song. Kami berpencar untuk mencari titik-titik yang kami anggap mempunyai nilai kesejarahan. Memang dari letak parkir kendaran kami, untuk melakukan ekspedisi hampir dua sampai tiga kilo. Memang lelah dan melelahkan, persedian makanan dan minuman memang tidak mencukupi, namun dengan daya semangat untuk keilmuan, menambah kami bersemangat.

Ekspedisi tersebut terbagi menjadi dua, yang satu berada di sisi kanan sungai dan yang satunya berada di sisi kiri sungai, perjalanan kami menuju ke arah barat. Akhirnya tepat pada pukul 12:30 WIB, Bramanta Putra Pamungkas menemukan sebuah situs (diduga) yang terdapat hampir tiga kilo dari lokasi parkir kendaraan. Tepatnya berada di sisi kiri sungai, namun juga masih terdapat aliran sungainya.

Temuan
Batu Bata Candi (Masih Diperkirakan) Panjang : 35 Cm
Lebar : 18 Cm
Tebal : 8 Cm

Semacam Lingga(Masih Diperkirakan) Panjang : 28,5 Cm
Diameter bawah : 9,5 Cm
Diameter atas : 8,5 Cm
Diameter terbesar : 11 Cm

Terdapat relung-relung, dan juga hiasan melingkar semacam cincin berjumlah 5 buah. Bagian dinding bawah terdapat hiasan-hiasan sulur.

Tim Ekspedisi Sungai Song, masih belum mampu untuk mendiskripsikan situs temuan tersebut. Karena keterbatasan peralatan, dan wawasan, kami hanya mampu mendiskripkan secara sekilas saja. Adapun yang dapat kami analisis sementara adalah berupa temuan diduga sementara; lingga dan batu bata candi. Namun disekitar area tersebut juga terdapat sesajen yang masih nampak segar.

Pada tahun 2010 kemarin, di sepanjang aliran Sungai Song, dan juga di dekat temuan dari Ekspedisi Sungai Song KS2B Tulungagung, penduduk juga pernah menemukan dua buah arca yang akhirnya diamankan oleh pihak kepolisan setempat, dan diteruskan tangani oleh pihak BP3 Trowulan - Mojokerto.

Akhirnya setelah penemuan tersebut, tepat pukul 13:15 WIB, kami mengakhiri untuk sementara waktu Ekspedisi Sungai Song. Ketika perjalanan pulang, tim singgah untuk makan dan minum di salah satu warung kopi dan juga masih dekat dengan area Sungai Song. Kami pun juga melakukan berbincang-bincang dengan warga setempat, memang kalau menurut warga, pernah menukan uang logam (koin) yang tengahnya berlubang, dan nampak kekunoannya. Namun akhirnya koin logam tersebut dibuang lagi, sebab bagi mereka uang kuno tersebut tidak ada nilainya.

Simpulan
Nampak sudah keluguan dan kepolosan warga sekitar aliran Sungai Song yang berada di Desa Pucangan, Kecamatan Kauman, Kabupaten Tulungagung. Pengetahuan dan wawasan dunia pendidikan memang sangat diperlukan, sebagai pembuka tabir history yang ada, sehingga jangan sampai sejarah dikaburkan keberadaannya. Sejarah merupakan kekonkritan kita dalam menapaki kehidupan yang akan datang.

Satu detik yang lalu merupakan sejarah bagi kita, dulu hingga sekarang sejarah merupakan pelajaran yang konkrti dan fleksibel. Sejarah merupakan kehidupan masa lalu yang tidak dapat diulangi lagi peristiwanya. Kejayaan zaman keemasan zaman leluhur kita, hanya dapat dinikmati dengan sejarah, dongeng, mitos, maupun legenda. Manusia sekarang yang selalu berbuat korupsi dulunya tidak memahami filosofi kehidupan leluhurnya.

Kekayaan potensi sejarah yang masih terpendam di perut bumi, perlu untuk diungkap, meskipun itu hanya warisan yang berupa, lingga yoni, pecahan batu bata candi, masjid kuno, dan lain sebagai. Semua itu warisan leluhur yang perlu kita jaga, rawat, dan diberdayakan sesuai dengan keilmuan.

Itulah Ekspedisi Sungai Song yang pertama, dan dilanjutkan kalau ada waktu, tim ekspedisi mengakhirinya sampai tiba di Sobontoro pukul 15:30 WIB. Semoga Allah SWT., selalu memberikan kesehatan, kekuatan, dan tambah keilmuan bagi anggota KS2B Tulungagung, untuk membuka tabir yang belum terungkap dipermukaan publik Tulungagung, Nasional, dan Internasional.