Daerah, memiliki berbagai khasanah peristiwa (sejarah) yang dapat dijadikan jejak-jejak berarti. Disitulah "sejarah" dan "metodologi" memiliki peran penting untuk dapat mengungkap, mendokumentasi, dan mempelajari sisi positif serta negatifnya. Keterkaitan sejarah dan metodologi dalam menelusuri jejak-jejak sejarah memang sangat dibutuhkan, mengingat berbagai jejak sejarah bisa diperspektifkan dari berbagai sudut pandang yang diinginkan oleh si penulis. Sejarah memiliki keluasan untuk dikaji, dianalisis, dan diteliti. Maka dari itulah posisi metodologi menjadi sesuatu yang penting untuk dipahami serta diaplikasikannya. Memang mendudukkan metodologi sebagai "alat" untuk menemukan karakter sejarah yang dapat untuk dipelajari pada masa yang akan datang. Untuk itu mempelajari sejarah sama halnya mempelajari karakter jejak dan peristiwa masa silam. Pesona daerah menawarkan berbagai perspektif peristiwa yang menjadi petanda lahirnya suatu konsep kehidupan, baik pada masanya, maupun sampai sekarang masih dijalani.
Sejarah
Berbicara terkait sejarah, yang ada dalam pikiran adalah suatu peristiwa terjadi pada kurun waktu tertentu, yang sudah terjadi. Bisa dibilang bahwasanya satu detik yang lalu dianggap sebagai peristiwa sejarah. Merajai struktur peristiwa yang sudah terjadi atau "sejarah" memang memiliki keasyikan tersendiri bagi siapapun yang mempelajarinya. Merekontruksi sejarah memiliki berbagai sisi dimungkinkan dapat dipelajari oleh siapapun. Belajar dan mempelajari sejarah tidak ada ruginya, menempatkan unsur karakter dan nilai penting, bisa dijadikan argumen dalam belajar sejarah.
Berbagai teori mengenai sejarah baik tinjauan Barat maupun teori dari bangsa sendiri, sejatinya sejarah memang sangat dibutuhkan bagi siapapun untuk beranjak dikehidupan "peradaban" berikutnya yang lebih baik. Untuk itulah berbicara terkait sejarah, maka terhubung dengan sumber data baik lisan maupun arkeologis, sastra, tulisan catatan silam, dan folklor. Mempelajari sejarah, akan menelusuri peristiwa silam yang masih memiliki sumber data. Maka dari itu keberadaan sejarah sama dengan adanya sumber data "fakta". Satu rangkaian yang tidak bisa dipisahkan diantaranya, sejarah dan sumber data memang menjadi tolok ukur dalam penelusuran serta penulisan sejarah. Fakta yang ada dalam sumber sejarah merupakan perwujudan yang dapat dijadikan literatur maupun referensi yang dapat dioptimalkan.
Manakala berbicara mengenai sejarah, memang sedikit mengalami gagal paham maupun sulit untuk merekonstruksi. Sediakalanya sejarah sebagai warisan tutur lisan maupun tutur tulisan yang baik, dan perlu untuk dilestarikan maupun diberdayakan. Berbagai awak media (orang) yang memahami sebuah kisah sejarah patut untuk diajungi jempol, serta perlu untuk ditindaklanjuti dengan pendekatan yang baik. Sementara ini disetiap daerah memiliki berbagai komunitas maupun yang suka mengenai sejarah. Sehingga perlu untuk dijadikan satu persepsi dalam rangka membangun daerah dari jalur sejarah. Berbagai komunitas daerah memiliki peran sendiri-sendiri, mulai dari komunitas sejarah, komunitas budaya, dan komunitas sosial.
Meskipun berbagai munculnya pembicaraan terkait sejarah, menandakan khasanah orang mengenai sejarah perlu untuk didokumentasikan. Sejarah memang luas, dan tak bertepi, maksudnya adalah segala penjuru kajian terkait sejarah bisa dibilang banyak. Baik dari segi politik, religi, budaya, seni, maupun sudut pandang lainnya. Sebelum senja kala menampakkan keindahan walaupun sekejab, sungguh diharapkan sejarah menjadi khasanah warisan yang ada di daerah. Memang sudah sepatutnya adanya peristiwa "sejarah" memiliki berbagai penekanan perspektif untuk dijadikan khasanah dokumentasi tutur daerah.
Sejarah, berbicara mengenai masa silam, atau suatu peristiwa yang tentunya sudah terjadi pada masa lampau. Sehingga berbicara mengenai sejarah maka yang ada adalah berkelut dengan sumber data, baik sumber tertulis, artefak, maupun tutur lisan, arsip, dan lain sebagainya tentunya yang dapat dijadikan bahan kajian penulisan sejarah. Berhadapan dengan sejarah maka berkelut dengan berbagai sumber yang ada, maka dari itulah menuliskan sebuah sejarah tidak begitu gampang membalikkan telapak tangan kita. Menginterprestasi berbagai macam sumber data menjadikan kaya khasanah data yang akan dijadikan bahan kepenulisan sejarah (lokal).
Menuliskan terkait sejarah lokal memang memerlukan sinergi antar generasi muda dengan generasi tua. Jangan sampai alergi dalam mendokumentasikan, meneliti, dan menuliskan terkait sejarah lokal. Sejarah lokal memang memberikan nuansa kearifan. Maka dari itulah sebagai generasi muda, mampu untuk mendokumentasikan dan menuliskannya dalam bentuk tutur tulisan. Sejatinya tutur lisan memang diperlukan juga, namun perlu untuk diketahui bahwasanya apabila penutur sudah tiada maka yang ada terjadinya pengembangan dan pengurangan alur tutur lisannya.
Sejarah, berbicara mengenai masa silam, atau suatu peristiwa yang tentunya sudah terjadi pada masa lampau. Sehingga berbicara mengenai sejarah maka yang ada adalah berkelut dengan sumber data, baik sumber tertulis, artefak, maupun tutur lisan, arsip, dan lain sebagainya tentunya yang dapat dijadikan bahan kajian penulisan sejarah. Berhadapan dengan sejarah maka berkelut dengan berbagai sumber yang ada, maka dari itulah menuliskan sebuah sejarah tidak begitu gampang membalikkan telapak tangan kita. Menginterprestasi berbagai macam sumber data menjadikan kaya khasanah data yang akan dijadikan bahan kepenulisan sejarah (lokal).
Menuliskan terkait sejarah lokal memang memerlukan sinergi antar generasi muda dengan generasi tua. Jangan sampai alergi dalam mendokumentasikan, meneliti, dan menuliskan terkait sejarah lokal. Sejarah lokal memang memberikan nuansa kearifan. Maka dari itulah sebagai generasi muda, mampu untuk mendokumentasikan dan menuliskannya dalam bentuk tutur tulisan. Sejatinya tutur lisan memang diperlukan juga, namun perlu untuk diketahui bahwasanya apabila penutur sudah tiada maka yang ada terjadinya pengembangan dan pengurangan alur tutur lisannya.
Sejarah; Kelahiran
Lahir atau kelahiran, sebagai bentuk kebahagiaan yang dialami oleh seseorang dalam rangka menyambut adanya suatu kebahagiaan, disitulah bentuk peritsiwa yang dapat dijadikan. Lahir yang dimaksud dalam kajian kali ini adalah terkait suatu peristiwa "sejarah". Melahirkan suatu peristiwa yang nantinya bisa dijadikan sudut pandang sejarah memang perlu ketajaman kehidupan dan lokalitas yang ada. Menuangkan kehidupan yang baik dan berpotesi memiliki nilai sejarah, sangat dibutuhkan ketajaman dan kejelian.
Melahirkan jejak-jejak sejarah dibutuhkan untuk memberikan nuansa pembelajaran pada peradaban yang akan datang. Untuk itu tatkala kesadaran diri sudah mulai ada, tentunya setiap fenomena kehidupan dapat langsung untuk didokumentasikan. Apalagi saat ini berbagai teknologi modern sudah merajai hidup masyarakat. Sehingga wujud peristiwa kelahiran suatu fenomena dapat langsung untuk didokumentasikan. Kecanggihan teknologi masa kini telah memberikan kemudahan dan pengapresiasian terhadap fenomena yang ada. Untuk itu sungguh disayangkan bagi generasi muda (khususnya pribadi) apabila tidak dengan segera mendokumentasikan sesuatu hal yang bisa menjadi pelajaran untuk masa depan.
Disinilah peran "aksi" setiap generasi muda menjadi tolok ukur dalam mengabadikan kelahiran "sejarah" lokalnya. Sehingga sepatutnya berbagai kalangan, mampu bersatu padu untuk menjaga atau mewariskan khasanah intelektual pada daerahnya. Sejarah sendiri dengan adanya sebuah akte kelahiran merupakan akar awal terlahirnya peristiwa. Disisi lain adanya suatu bukti dokumen, maupun bukti lainnya, keberadaan akte kelahiran suatu peristiwa bersejarah bisa untuk direkonstruksi sebagaimana sudut pandangnya. Untuk itu betapa pentingnya disetiap peristiwa bersejarah terdokumentasi dengan baik.
Muqoddimah Ngrowo
Buku yang menjadi heandline tulisan ini merupakan hasil kiprah penulis dalam rangkat mendokumentasikan jejak-jejak sejarah yang terdapat di tanah kelahirannya. Berbagai sudut pandang yang dilakukannya berdasarkan "tutur lisan" dikalangan masyarakat. Maka dari itulah keberadaan buku tersebut dinamainya "MUQODDIMAH NGROWO" atau biasa disebut awalan dalam menuturkan tulis keberadaan sejarah lokal.
Muqoddimah sendiri menjadi master plan judul dikarenakan terinspirasi dari buku Muqoddimah Ibn Khaldun. Muqoddimah merupakan rangkaian kata yang bermakna pembuka, atau awalan dari suatu pengantar. Maka dari itu Muqoddimah Ngrowo sendiri menjadi bagian kehidupan penulisa dalam menelusuri jejak-jejak kesejarahan. Pada Muqoddimah Ngrowo sendiri terdapat batasan-batasan dalam mengoptimalkan penelitian, yaitu dari tutur lisan hingga tutur tulisan. Makna yang terserat dalam tutur lisan hingga tutur tulisan, merupakan perwujudan dari adanya folklor yang mengalami perkembangan dan pengurangan asumsi lisan yang ada di masyarakat.
Selain itu, dirangkaikan dengan adanya bukti fisik sebagai sumber kesejarahan, baik dokumen arsip, artefak, arkeologis, maupun bukti-bukti yang lainnya. Sehingga cukup disederhanakan menjadi judul buku "MUQODDIMAH NGROWO, Tutur Lisan Hingga Tutur Tulisan."
Muqoddimah sendiri menjadi master plan judul dikarenakan terinspirasi dari buku Muqoddimah Ibn Khaldun. Muqoddimah merupakan rangkaian kata yang bermakna pembuka, atau awalan dari suatu pengantar. Maka dari itu Muqoddimah Ngrowo sendiri menjadi bagian kehidupan penulisa dalam menelusuri jejak-jejak kesejarahan. Pada Muqoddimah Ngrowo sendiri terdapat batasan-batasan dalam mengoptimalkan penelitian, yaitu dari tutur lisan hingga tutur tulisan. Makna yang terserat dalam tutur lisan hingga tutur tulisan, merupakan perwujudan dari adanya folklor yang mengalami perkembangan dan pengurangan asumsi lisan yang ada di masyarakat.
Selain itu, dirangkaikan dengan adanya bukti fisik sebagai sumber kesejarahan, baik dokumen arsip, artefak, arkeologis, maupun bukti-bukti yang lainnya. Sehingga cukup disederhanakan menjadi judul buku "MUQODDIMAH NGROWO, Tutur Lisan Hingga Tutur Tulisan."
Dari lahirnya buku tersebut tentu akan menjadi buku babon untuk daerah Tulungagung, terutama ditinjau dari akar sejarah. Ternyata Ngrowo atau sebutan sekarang Tulungagung, menyimpan berbagai khasanah kesejarahan yang tidak bisa dihapus begitu saja. Maka dari itu betapa pentingnya pendokumentasian dalam arupa buku ini. Maka dari itu, sejatinya hidup suatu daerah memiliki keragaman pemikiran, dan itu patut untuk dijadikan media pengembangan dan pemberdayaan yang ada dalam potensi daerah.
Memang telah banyak berbagai komunitas maupun masyarakat yang mampu berbicara mengenai sejarah lokal, begitu pula dengan adanya akademisi yang sejatinya memiliki metodologi-metodologi penelitian mumpuni. Namun hanya berisikan akademisi dalam pola pikir saja, untuk mengapresiasikan masih memerlukan keseksamaan antara dorongan hati dan pikiran, alias tidak memahami hakikat daratnya. Terpikirnya hanya "omdo". Maka dari itulah ruang gerak dan pengapresiasian suatu penelitian memang sangat diperlukan, sehingga tidak berhenti begitu saja dalam format tugas akhir, setidaknya memiliki kelanjutan dalam berpikir dan bertindak.
Asumsi-asumsi itulah yang ingin menjadi gelombang arus besar, menyeret dan membumihanguskan patahan-patahan mengenai ruang publik yang ada. Semua orang bisa menulis, namun tentunya diimbangi dengan keberlangsungan hidup, tidak mati karena arang.
Buku Muqoddimah Ngrowo, mendokumentasikan berbagai khasanah tutur lisan yang berkembang di masyarakat. Mulai jaman purba di daerah selatan Tulungagung, hingga jaman kontemporer di masyarakat. Membuang jauh berbagai asumsi bahwasanya Tulungagung tidak memiliki sumber penulisan. Khasanah kesejarahan di daerah Tulungagung sangat banyak sekali, berserakan, dan hanya sebatas pendokumentasian. Untuk itu dari adanya cecerahan sejarah tersebut, ruang gerak jiwa terpanggil untuk sekedar mendokumentasikan, begitu pula ditelusuri dengan metodologi sejarah.
Memang telah banyak berbagai komunitas maupun masyarakat yang mampu berbicara mengenai sejarah lokal, begitu pula dengan adanya akademisi yang sejatinya memiliki metodologi-metodologi penelitian mumpuni. Namun hanya berisikan akademisi dalam pola pikir saja, untuk mengapresiasikan masih memerlukan keseksamaan antara dorongan hati dan pikiran, alias tidak memahami hakikat daratnya. Terpikirnya hanya "omdo". Maka dari itulah ruang gerak dan pengapresiasian suatu penelitian memang sangat diperlukan, sehingga tidak berhenti begitu saja dalam format tugas akhir, setidaknya memiliki kelanjutan dalam berpikir dan bertindak.
Asumsi-asumsi itulah yang ingin menjadi gelombang arus besar, menyeret dan membumihanguskan patahan-patahan mengenai ruang publik yang ada. Semua orang bisa menulis, namun tentunya diimbangi dengan keberlangsungan hidup, tidak mati karena arang.
Buku Muqoddimah Ngrowo, mendokumentasikan berbagai khasanah tutur lisan yang berkembang di masyarakat. Mulai jaman purba di daerah selatan Tulungagung, hingga jaman kontemporer di masyarakat. Membuang jauh berbagai asumsi bahwasanya Tulungagung tidak memiliki sumber penulisan. Khasanah kesejarahan di daerah Tulungagung sangat banyak sekali, berserakan, dan hanya sebatas pendokumentasian. Untuk itu dari adanya cecerahan sejarah tersebut, ruang gerak jiwa terpanggil untuk sekedar mendokumentasikan, begitu pula ditelusuri dengan metodologi sejarah.
Semoga berbagai pola pikir yang lahir dari ragam pemikiran ini menjadi khasanah tersendiri dalam melahirkan berbagai jejak-jejak kehidupan. Hidup hidupilah sejarah, jangan sampai sejarah musnah digulung arus perkembangan semakin modernisasi. Peristiwa sejarah tetap sebagai sejarah, dan sejarah bisa menjadi tolok ukur kehidupan yang akan datang. Lekas bergerak untuk mendokumentasikan sejarah lokal, sungguh disayangkan apabila terjadi gesekan berpikir antar generasi, intinya adalah EKSEN.