Oleh
Agus Ali Imron Al Akhyar
Perlunya
penamaan terminal yang ada di Tulungagung dengan sebutan Terminal
Ngrowo karena Ngrowo identik dengan daerah Tulungagung, selain itu
menyimpan kearifan lokal. Masyarakat sendiri cudah tidak asing lagi apabila mendengar istilah Ngrowo, atau Bonorowo. Maka dari itulah sosok nama terminal di Tulungagung memiliki ciri khas yang utama, sebuah ciri yang mengidentitaskan daerahnya, yaitu NGROWO.
LATAR BELAKANG
Alfian menuliskan didalam makalahnya,
bahwasanya ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dengan kecepatan
tinggi ini semakin mendorong terjadinya modernisasi di segala bidang secara
kelanjutan. Perkembangan baru ini memaksa setiap orang, kelompok, lembaga, para
pengambil keputusan, baik di tingkat lokal, regional, maupun internasional
meninjau ulang setiap putusan atau kebijakan yang diambilnya. Selanjutnya
diperlukan kebijakan yang tepat, akurat, efisien, efektif yang harus dilakukan
secara cepat. Sementara itu, pengambilan keputusan dan kebijakan menjadi
semakin pelik serta sulit dilakukan, karena permasalahan-permasalahan sosial,
ekonomi, politik, dan kebudayaan yang muncul semakin beragam, bersifat
simultan, kompleks dan tumpang tindih, mendesak untuk diselesaikan secara
memuaskan banyak pihak[1].
Sebuah daerah tentu memiliki ciri khas
tertentu, baik dalam sudut pandang kebudayaan, kesenian, maupun kesejarahan.
Identitas sebuah daerah tentu dapat diidentifikasi dengan keberadaan potensi
yang ada di daerahnya (lokal). Sehingga dari lokalah kita sebagai generasi muda
mampu merasa bangga dengan keberadaan kesejarahan lokal bisa terangkat menjadi
abadi di khalayak masyarakat umum. Kesadaran tentang masa lalu bukan saja
menjadi milik masyarakat tradisional yang masih primitif, melainkan juga tumbuh
dalam masyarakat modern, seharusnya.
Perkembangan zaman semakin menentu menuju
arah peradaban baru, untuk itu setidaknya keberadaan kesejarahan yang terdapat
di tingkat lokal tidak tergeser dengan mudahnya. Etika kita sebagai manusia
modern, setidaknya tetap menghormati warisan kesejarahan yang ada di daerah.
Perlunya pengabadian tersebut dikarenakan dari peradaban terdahulu (sejarah)
kita bisa menikmati kehidupan sekarang ini, khususnya di daerah Tulungagung.
Pengabadian terhadap kesejarahan tidak harus
dalam bentuk tulisan buku, artikel, essay, atau arsip. Melainkan keberadaan
kesejarahan bisa diwujudkan dalam bentuk sebuah nama bangunan, bangunan kali
ini bisa kita contohkan seperti pembangunan terminal yang berada di daerah
Tulungagung. Alasan tersebut, sejarah bisa dijadikan sebagai sektor lokal untuk
memberikan apresiasi kesejarahan nasional, salah satunya adalah pembangunan
“Terminal Ngrowo”. Nama Ngrowo sangat tepat untuk diaplikasikan sebagai nama
terminal sektor transportasi di daerah Tulungagung.
Mengerahkan budi dan daya ciptanya,
merupakan sebuah sikap empati yang tinggi dalam menggabungkan benang
kesejarahan masa lalu dengan masa sekarang. Sejarah tidaknya hanya masa lalu
saja, melainkan kita bisa jadikan sektor perkembangan di masa zaman modern
seperti kali ini. Selain sebagai jati diri lokal, keberadaan Tulungagung masa
lampau dikenal dengan sebutan “Ngrowo”. Dampak positif apabila kita mampu untuk
mengaplikasikan keberadaan masa lalu (sejarah) sebagai sektor perekonomian
daerah.
Sejarah merupakan gabungan dari keduanya,
yaitu fakta masa lalu dan pengaplikasian pada zaman sekarang. Kearifan dalam
tingkat lokal akan terus lestari dan dioptimalkan perpaduan masa, masa sejarah
dan masa kontemporer. Sejarah yang merupakan bagian yang penting dalam
pembangunan dalam suatu daerah, sejarah merupakan wacana intelektual bagi
generasi muda. Sehingga dengan latar belakang di atas penamaan Terminal Ngrowo
bagi terminal transportasi di Tulungagung sangat tepat.
ALASAN PENAMAAN TERMINAL NGROWO
Terminal
daerah Tulungagung merupakan ruang publik yang harus terjaga keberadaannya.
Sebuah asset bangunan pemerintahan daerah ini merupakan ruang publik terbuka
untuk masyarakat, sehingga perlunya mempunyai ciri khas tertentu untuk memudahkan
bagi masyarakat dalam mengenang keberadaan daerah Tulungagung. Keberadaan
terminal di daerah Tulungagung, merupakan sentral instrument transportasi
publik bagi masyarakat, sehingga dimungkinkan harus mempunyai kesan tersendiri
mengenai keberadaan terminal tersebut.
Begitu pula mengenai penamaan keberadaan
terminal di Tulungagung, kalau bagi penulis istilah terminal merupakan pusat
komunikasi, tranportasi, dan mediasi yang apik
dalam tata ruang di perkotaan, seperti halnya di daerah Tulungagung. Sehingga
penulis mempunyai usulan penamaan terminal di Tulungagung dengan sebutan nama “TERMINAL NGROWO”.
Sebab nama Ngrowo sendiri merupakan identitas
yang khas dan mempunyai asal usul penamaan Ngrowo yang jelas, terkait dengan
kesejarahan yang ada di daerah Tulungagung. Mayoritas masyarakat Tulungagung
sendiri mengenal dengan nama Ngrowo. Sehingga sudah sepantasnya nama Ngrowo
perlu diabadikan dan dikenang sebagai tonggak identitas penamaan terminal.
Sebuah daerah, wilayah, maupun daerah, harus
bahkan bisa dihukumi wajib agar memiliki ciri khas identitas yang mengena
dihati masyarakatnya. Seperti keberadaan terminal Ngrowo yang berada di daerah
Tulungagung. Terminal Ngrowo sendiri setidaknya menjadi salah satu ciri bukti
kesejarahan lokal yang khas dari sebuah nama pergantian antara Ngrowo ke nama
Tulungagung. Identitas tersebut jangan sampai hilang untuk generasi muda zaman
sekarang dan masa depan.
Alasan utama atas penamaan TERMINAL NGROWO untuk keberadaan
terminal yang ada di Tulungagung adalah agar keberadaan kesejarahan lokal mampu
mewujudkan identitas kearifan lokal yang nantinya menjadi tonggak utama dalam
kesejarahan lokal. Generasi sekarang ini sudah hamper tidak mengetahui
keberadaan kesejarahan lokal yang ada di Tulungagung. Selain itu, dengan
penamaan terminal Ngrowo diharapkan bisa menjadi media antara sejarah dengan
generasi sekarang ini. Kesejarahan lokal merupakan identitas yang harus tetap
dipertahan keberadaannya, sehingga generasi berikutnya tidak musnah mengenai
pemahaman kesejarahan lokal, identitas tersebut sekiranya bisa dijadikan sebuah
nama terminal, nama jalan, maupun nama gedung pemerintahan daerah, salah
satunya adalah nama TERMINAL NGROWO.
Sehingga sesuai dengan namanya, Terminal
Ngrowo akan menjadi rawa-rawa manusia yang ingin berinteraksi transportasi
dalam hal mobilitas kehidupan. Sudah sewajarnya nama terminal yang ada di
Tulungagung diganti nama menjadi TERMINAL
NGROWO.
RUANG
PUBLIK; BERNAMA TERMINAL NGROWO
Tidak hanya sekedar bernama saja, melainkan
penamaan Terminal Ngrowo juga memiliki alur kearifan lokal. Masyarakat secara
luas mengenal Ngrowo dikarenakan keberadaan kesejarahan lokal yang penuh
menyimpan makna yang sangat berarti. Sehingga nama Terminal Ngrowo sudah
menjadi identitas arif bagi masyarakat Tulungagung, identitas lokal yang
sungguh menyimpan makna berarti bagi seluruh kalangan yang utamanya bagi mereka
kelahiran Ngrowo (sekarang Tulungagung).
Terminal merupakan ruang publik yang sangat
berarti, maksudnya di terminal itulah terjadi transaksi, komunikasi, dan
transportasi bagi kehidupan masyarakat. Sehingga perlunya nama yang berarti
menjadi ikon tersendiri dalam sebuah daerah. Daerah Tulungagung merupakan
daerah dipersimpangan transportasi, maksudnya adalah jalur tengah yang sangat
kondusif dalam transportasi.
Ruang publik itu bernama terminal Ngrowo,
bisa dikembangkan tidak hanya menjadi terminal saja, melainkan bisa dijadikan Museum
Ngrowo, taman bermain, dan temat ibadah, sehingga tidak hanya sekedar terminal
saja. Ketika melihat potensi terminal yang berada di Tulungagung bisa dikembang
multidimensional, tidak hanya terminal melainkan dikembangkan yang lebih
kondusif, yaitu media belajar, pariwisata, dan ibadah. Itulah makna GUYUB RUKUN MBANGUN DAERAH, secara umum
antara ibadah dan makna kehidupan menjadi satu.
Kondisi daerah Tulungagung, secara
perekonomian memang membutuhkan mobilitas kerja yang tinggi, sehingga perlunya
dukungan instrument terminal juga harus terwujud. Pada dasarnya terminal
merupakan arah kemajuan bagi sebuah perekonomian dan transportasi sebuah
daerah. Itulah Terminal Ngrowo yang nantinya menjadi petilasan kesejarahan Ngrowo-Tulungagung.
Menghargai potensi lokal, mewujudkan kita
masih peduli untuk mengenang, mengabadikan, dan memberdayakan serta
mengembangkannya agar menjadi lebih optimal. Secara tidak langsung nama Ngrowo
divandelisasikan menjadi Terminal Ngrowo. Sehingga terminal Ngrowo akan
dibanjiri warga yang ingin berinteraksi transportasi, dengan banjirnya warga
dalam bertransportasi secara tidak langsung juga menjadi asset daerah.
NAMA ADALAH
SEBUAH DOA
Istilah yang saya pakai dalam penamaan
Terminal Ngrowo adalah agar nantinya terminal di Tulungagung menjadi rawa-rawa
manusia yang ingin bertransportasi dalam hal mobilitas kehidupan dalam
perekonomian, dan lain sebagainya. Sehingga nama Terminal Ngrowo merupakan doa
agar nantinya terminal yang ada di Tulungagung bisa menjadi ikon terdepan dalam
hal multidimensi, baik secara perekonomian, mobilitas kehidupan, wisata, dan
lain sebagainya.
Penamaan Terminal Ngrowo merupakan sebuah
doa, agar nantinya Tulungagung semakin hidup keberadaanya, tidak mati suri
layaknya sebuah daerah yang minim akan transportasinya. Rawa-rawa manusia akan
menjadi sesuatu hal yang bermakna tinggi, penuh makna kehidupan yang berarti
dan kehidupan kedepan akan menjadi baik dan optimal dalam mobilitasnya.
MAKNA
KESEJARAHAN NGROWO-TULUNGAGUNG
Tulungagung,
mempunyai dua arti; Pertama : Tulung
dalam bahasa sansekerta artinya SUMBER AIR atau dalam bahasa jawa dapat
dikatakan UMBUL. Arti yang kedua :Tulung yang berarti pemberian
pertolongan atau bantuan, adapun AGUNG berarti BESAR. Jadi lengkapnya
TULUNGAGUNG mempunyai arti “SUMBER AIR BESAR” dan “PERTOLONGAN BESAR”, meskipun
SUMBER AIR dan PERTOLONGAN itu berlainan artinya, namun di dalam sejarah
Tulungagung keduanya tidak dapat dipisahkan, karena mempunyai hubungan erat
sekali dalam soal asal usul terbentuknya daerah maupun perkembangannya.
Berdasarkan
sumber lisan yang turun-temurun dimasyarakat adalah adanya segerombolan orang
yang meminta pertolongan akibat adanya banjir bandang yang disebabkan oleh
dicabutnya lidi oleh seorang anak kecil (Jaka Baru Klinting). Sehingga
segerombolan orang-orang yang meminta tolong itu dijadikan nama sebuah kota
yang disebut “TULUNGAGUNG”.
Perlu kita ketahui bahwasanya Kalangbret dan Ngrowo
sebenarnya merupakan administrasi satu kebupaten. Seiring dengan berkuasanya
Pemerintahan Belanda dan Inggris, Kabupaten Ngrowo harus melayani majikan baru
dan harus berpisah dengan Pemerintahan Sultan. Pemerintahan Belanda/Inggris ini
ternyata hanya mampu mengeluarkan perintah-perintah belaka tanpa adanya
perhatian terhadap nasib rakyat. Pada saat kegoncangan tersebut Bupati Ngrowo
dijabat oleh R.M. Mangoennegoro, putra dari Hamengku Buwono III.
Pada tahun 1824,
yaitu pada masa pemerintahan Bupati IV R.M.T Pringgodiningrat Kabupaten Ngrowo
akhirnya dipindah ke pusat kabupaten baru yang terletak di sebelah timur sungai
ngrowo. Dimana sekarang menjadi pusat pemerintahan Kota Tulungagung. Sebagian
keterangan ini saya dapat dari sumber sejarah ataupun dari legenda
turun-temurun yang pernah diceritakan serta dibukukan.
Adapun dari versi
sejarah dapat dikatakan bahwa perpindahan Kabupaten Ngrowo ini adalah adanya
alasan kenaikkan pemerintahan sehubungan dengan adanya dasar-dasar pemerintahan
baru dimana bupati-bupati diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur Jendral atas
usulan Presiden. Sedangkan menurut versi legenda atau lisan, menyatakan bahwa
perpindahan Kabupaten Ngrowo ke bagian timur sungai ngrowo berdasarkan wisik RMT. Kusumoyudo dimana dalam wisik
itu beliau melihat seberkas sinar lurus ke atas yang berasal dari sebuah tombak
yang tertancap di pusat kota (sekarang alun-alun)[2].
Sehingga hal tersebut diyakini bahwa daerah tersebutlah yang nantinya akan
menjadi pusat kota baru yang makmur.
Sekilas uraian di
atas dapat disimpulkan bahwasanya perpindahan Ngrowo ke Tulungagung disebabkan
oleh dua hal, yaitu karena Belanda/Inggris telah memberikan janji-jani kosong
kepada Pemerintahan Tulungagung dan yang ke dua yaitu karena adanya wisik yang menimbulkan suatu anggapan
apabila pusat pemerintahan dipindahkan ke Kota Tulungagung akan berdampak lebih
baik dan makmur.
Dampak
dari perpindahan, dari wilayah Kalangbret dilihat sekarang ini dapat diamati
bahwa letaknya sangat strategis. Namun seiring perkembangan zaman, Kota
Tulungagung mengalami kepesatan dalam berbagai bidang. Mulai dari bidang
ekonomi maupun sosial, penduduknya semakin maju dalam berpikir sehingga
Tulungagung berpotensi sangat baik dalam ranah struktural pembangunan. Sejarah
merupakan suatu estafet bagi pemerintahan sekarang untuk lebih maju dan lebih
baik dalam menjalankan roda pemerintahan. Dengan hadirnya ulang tahun Kabupaten
Tulungagung ini menjadikan semangat masyarakat luas untuk menuju daerah yang
dinamis dan harmonis.
Keterkaitan penamaan Terminal Ngrowo adalah
Ngrowo adalah masa lalu Tulungagung, masa lalu ada sejarah yang harus tetap
kita pelajari, ingat kita pelajari untuk diambil sisi positifnya. Sebuah
ungkapan memaparkan “DULU HINGGA
SEKARANG SEJARAH ADALAH WAWASAN INTELEKTUAL BAGI KITA SEMUA.”
SEBUAH
SIMPULAN
Nama terminal merupakan identitas yang sangat
inti sekali maknanya dalam suatu daerah, sehingga perlunya penamaan terminal
yang menyimpan makna yang berarti. Terminal merupakan sentral transportasi
dalam sebuah daerah, maknanya adalah dengan keberadaan terminal bisa disebut
sebagai jantungnya sirkulasi transportasi bagi masyarakat. Hidup-hidupilah
terminal daerah, sehingga bisa menghidupi sirkulasi transportasi daerah.
[1] . Ibrahim Alfian, 1994. “Keterkaitan dan
Kesepadanaan Disiplin Sejarah”, makalah Forum Komunikasi Hasil
Penelitian Bidang Sastra dan Seni Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan RI, Tanggal 29-11 Tahun 1994.
[2] . Tombak tersebut diyakini penduduk
sebagai penolak banjir yang mana pada dahulu Ngrowo pernah banjir besar yang
dikarena Tombak tersbeut dipinjam dalam melawan Belanda di Surabaya pada 10
November, tombak tersebut kini tersimpan di Ndaleman Tulungagung, Kepatihan. Tombak itu bisa disebut dengan Kyai Upas.