Sejarah merupakan sebuah tragedi yang menarik
untuk diceritakan dan tidak hanya sekedar untuk dipelajari, terutama mengenai
kesejarahan lokal yang ada di daerah masing-masing. Keberadaan sejarah lokal,
memiliki nilai positif bagi sebuah generasi untuk memahami hakikat keberadaan
sejarah daerahnya. Sehingga sejarah lokal memiliki
peran penting didalam
membangkitkan gairah sebuah daerah, dengan adanya sebuah sejarah, maka
terwujudlah sebuah generasi-generasi yang akan membentuk peradaban sejarah.
Sejarah menjadi wejangan penting untuk generasi muda, sejarah dapat dijadikan
media pembelajaran anak didik. Meskipun kadang sejarah juga menyimpan keburukan
masa lalu, namun tidak bisa dipisahkan bagi sebuah generasi yang akan
menilainya.
Keberadaan suatu daerah pasti menyimpan
potensi kesejarahan yang masih belum terungkap secara baik. Maka dari situlah
setiap generasi memiliki sudut pandang berbeda-beda mengenai etape kesejarahan
lokal. Keberadaan sudut pandang mengenai kesejarahan lokal tersebut tentunya
tidak menjauhi unsur sumber data yang valid dan tanpa adanya penafsiran secara
brutal. Mayoritas saat ini penafsiran-penafsiran mengenai keberadaan sejarah sudah
sedikit menyimpang dari sumber data baik tertulis, arkeologi, maupun sumber
informan yang berkompetensi. Keberadaan sejarah terutama dalam sudut pandang
sumber informan, yang saat ini sudah mulai lenyap atau disunyikan dalam
kehidupan alias meninggal dunia. Sehingga “mumpung” yang mengetahui dan
mengalami suatu pristiwa sejarah masih mumpuni keberadaannya, setidaknya kita
adakan wawancara, meskipun mengenang yang pahit, bagi kita adalah sebuah
pelajaran baru bagi suatu generasi.
Sejarah tidak kenal lelah untuk diolah, diteliti, dan dituangkan dalam bentuk tulisan dokumentasi, sejarah memberikan nilai-nilai yang mampu ditafsirankan menurut sudut pandang setiap generasi. Sehinga sejarah mampu mengedepankan nilai-nilai karakter yang akan menjadi proses belajar pada suatu generasi yang baru. Untuk itulah tulisan ini mewakili keberadaan kesejarah daerah Tulungagung, dalam konteks sebuah jembatan yang menjadi saksi kesejarahan daerah Mangunsari, masyarakat sering menjulukinya Jembatan Plengkong.
Sejarah tidak kenal lelah untuk diolah, diteliti, dan dituangkan dalam bentuk tulisan dokumentasi, sejarah memberikan nilai-nilai yang mampu ditafsirankan menurut sudut pandang setiap generasi. Sehinga sejarah mampu mengedepankan nilai-nilai karakter yang akan menjadi proses belajar pada suatu generasi yang baru. Untuk itulah tulisan ini mewakili keberadaan kesejarah daerah Tulungagung, dalam konteks sebuah jembatan yang menjadi saksi kesejarahan daerah Mangunsari, masyarakat sering menjulukinya Jembatan Plengkong.
Sejarah dan Generasi
Sebagai generasi baru “muda”, tentu kita
memiliki jiwa untuk sekedar mengetahui, memahami, dan mencintai keberadaan
sekitar daerah kita. Sejarah yang memiliki wacana yang luas, tentu mampu
membuka akal sehat kita sebagai suatu generasi untuk mempelajarinya. Sejarah
merupakan sebagian dari wacan masa lampau yang akan dimultitafsirkan oleh
sebuah generasi berikutnya, dan itu didalam menafsirkannya juga memerlukan
metodolodi penelitian, sumber data, sumber informan, dan juga pendukung
lainnya. Setiap generasi memiliki sudut pandang sendiri, sehingga yang paling
menguatkan dalam pencarian sumber data adalah keberadaannya data yang paling
dasar, data yang akurat keberadaannya, mulai dari terhitung keberadaan tahun,
dan sudut pandang sumber sejarah lainnya, serta yang terpenting adalah
mengetahi sumber aslinya, bukti sejarah.
Keberadaan suatu generasi dan adanya sebuah pembelajaran suatu sejarah, merupakan langkah yang positif untuk memberikan wawasan secara utuh bagi generasi. Pemberian wawasan sejarah dalam maksud utuh, adalah dengan adanya pembelajaran wawasan kesejarahan, maka setidaknya bagi suatu generasi memiliki pondasi dasar dalam memahami sebuah hakikat kehidupan, yang mempelajari sejarah. Menjadikan sejarah sebagai media alat dalam pencapaian hidup, bagi generasi muda itu sangat baik dan tentu memiliki kebangunan karakter yang kuat.
Keberadaan suatu generasi dan adanya sebuah pembelajaran suatu sejarah, merupakan langkah yang positif untuk memberikan wawasan secara utuh bagi generasi. Pemberian wawasan sejarah dalam maksud utuh, adalah dengan adanya pembelajaran wawasan kesejarahan, maka setidaknya bagi suatu generasi memiliki pondasi dasar dalam memahami sebuah hakikat kehidupan, yang mempelajari sejarah. Menjadikan sejarah sebagai media alat dalam pencapaian hidup, bagi generasi muda itu sangat baik dan tentu memiliki kebangunan karakter yang kuat.
Sejarah dalam kondisi apapun tetap akan
menyimpan berbagai petunjuk maupun pembelajaran dalam diri sebuah generasi.
Mayoritas kesejarahan yang bernuansa lokal sering diabaikan dengan kata-kata,
tidak perlu lagi kita belajar sejarah, memosankan. Sehingga dengan problema
seperti itu, perlunya inovasi pengenalan, pembelajaran terhadap keberadaan
sejarah itu sendiri. Sangat disayangkan apabila suatu generasi nantinya tidak
mengenali keberadaan sejarah lokalnya.
Jembatan Plengkung Mangunsari
Pada jaman penjajahan Pemerintah Kolonial
Belanda di daerah Tulungagung pada tahun 1925, Belanda ingin menghubungkan
pusat perdagangan dengan pusat pemerintahan di Kabupaten Tulungagung. Belanda
tidak mau bersusah payah menggunakan perahu untuk menyebrang, Bangsa Eropa ini
pun berfikir ingin membangun sebuah jembatan untuk melancarkan aktifitas dari
pusat perdagangan ke pusat pemerintahan pada saat itu. Namun, bangsa Belanda mendapat
nasehat dari sesepuh setempat untuk mengadakan suatu sayembara ”bagi siapa saja
yang bisa melompati sungai dari barat ke timur atau dari timur ke barat akan di
beri hadiah dibangun kan jembatan”.
Jika orang sekitar bisa melompati sungai selebar kurang lebih 45 meter itu maka orang tersebut memiliki kesaktian dan jika orang sakti itu diberi hadiah bangunan jembatan, dia pasti merawatnya dan memberi bangunan itu suatu mantra agar tidak dapat dihancurkan. Dengan mendengar nasehat itu, Belanda pun melakukan sayembara untuk warga sekitar. Belanda membuka Sayembara itu pada pagi hari. Namun hingga hari sudah mulai sore, belum ada satupun orang yang berhasil melompati sungai selebar 45 meter itu, banyak orang yang mati tenggelam karena mencoba melompati sungai tersebut. Warga sekitar pun merasa takut hingga seorang bernama Kyai Abdul Fatah mencoba melompati sungai itu, dia pun berhasil melompati sungai dari barat ke timur, dan Belanda pun memberinya ucapan selamat serta membangunkan jembatan.
Jika orang sekitar bisa melompati sungai selebar kurang lebih 45 meter itu maka orang tersebut memiliki kesaktian dan jika orang sakti itu diberi hadiah bangunan jembatan, dia pasti merawatnya dan memberi bangunan itu suatu mantra agar tidak dapat dihancurkan. Dengan mendengar nasehat itu, Belanda pun melakukan sayembara untuk warga sekitar. Belanda membuka Sayembara itu pada pagi hari. Namun hingga hari sudah mulai sore, belum ada satupun orang yang berhasil melompati sungai selebar 45 meter itu, banyak orang yang mati tenggelam karena mencoba melompati sungai tersebut. Warga sekitar pun merasa takut hingga seorang bernama Kyai Abdul Fatah mencoba melompati sungai itu, dia pun berhasil melompati sungai dari barat ke timur, dan Belanda pun memberinya ucapan selamat serta membangunkan jembatan.
Setelah selesainya dibangun, Kyai Abdul Fatah
pun memberinya mantra agar jembatan itu tidak dapat dihancurkan. Jembatan yang
merupakan bangunan Belanda yang terkenal kuat itu telah mendapatkan mantra dari
Kyai Abdul Fatah. Jembatan itu pun diberi nama Jembatan Plengkung karena 3
lengkungan yang terdapat di sisi jembatan. Kondisi plengkungan tersebut hingga
saat ini masih nampak keberadaannya, meskipun sebagian sudah mengalami
keretakan bangunan.
Pada tahun 1942, tepatnya saat Jepang
menguasai nusantara. Jepang pun melanjutkan pemerintahan Belanda di
Tulungagung. Belanda tidak terima dicampur tangani oleh Jepang, sebelum
meninggalkan Kabupaten tulungagung, Belanda memasang bom di Jembatan Plengkung,
Belanda bermaksud untuk mengacaukan pemerintahan Jepang dan memutuskan hubungan
pusat perdagangan dengan pusat pemerintahan. Pada akhirnya upaya pengeboman
Belanda gagal total. Masyarakat sekitar terkejut melihat Jembatan Plengkung
tidak hancur karena dibom oleh Belanda. Masyarakat sekitar percaya bahwa ini
karena faktor bangunana Belanda yang terkenal tidak mudah rapuh dan kuat, juga
karena faktor diberinya mantra oleh Kyai Abdul Fatah.
Sampai sekarang jembatan itu masih berdiri
kokoh, namun hanya perawatan dari warga sekitar dan pemerintah setempat yang
kurang memadai. Seiring kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi maka
berkembanglah Kabupaten Tulungagung, dan muncul banyak pusat-pusat perdagangan
baru. Walaupun jembatan-jembatan baru banyak dibangun, namun Jembatan Plengkung masih mempunyai
fungsi penting dan sangat berpengaruh terhadap masyarakat Kabupaten
Tulungagung. Fungsi penting Jembatan Plengkung pada era globalisasi ini adalah
penghubung antara dua pasar tradisional yang sangat ramai pengunjung, yaitu
adalah Pasar Wage dan Pasar Ngemplak.
Simpulan
Perlu untuk
kita sadari, bahwasanya setiap keberadaan bangunan (kuno) yang ada pada suatu
daerah, telah memiliki berbagai kesejarahan yang menakjubkan. Dari keberadaan
bangunan tersebut tentu bisa untuk ditelusuri keberadaan suatu sejarah di masa
kelam. Meronstruksi keberadaan sejarah sangat memerlukan argumen sumber data
yang mumpuni dan tentu berani dalam mempertanggungjawabkan keberadaan sumber
data itu. Setiap generasi memiliki sudut pandang tersendiri, sehingga perlunya
suatu catatan kesejarahan untuk bisa di-interprestasikan pada masa yang akan
datang.
Catatan-catatan
yang ada akan membentuk sebuah kebersamaan merekonstruksi suatu wujud sejarah.
Setiap masa memiliki kesejarahan tersendiri, tentunya sejarah yang unik, dan
memiliki makna pendidikan terhadap suatu generasi. Belajar dari sejarah,
cerminan bagi suatu generasi agar mereka mampu arif dan bijaksana dalam
menjalani kehidupan masanya. Seberapa jauh sejarah itu terjadi, menunjukkan
keberadaan nilai-nilai yang bisa dipelajari setiap generasi. Maka benar slogan
jasmerah, jangan sekali-sekali melupakan sejarah. Pendapat itu perlu untuk
tetap dijadikan teorika dalam setiap generasi.