Oleh
Agus Ali Imron Al Akhyar
Tidak sengaja tim ekspedisi Kajian Sejarah, Sosial, dan Budaya Tulungagung, yang sedang melakukan Ekspedisi Tulungagung Selatan, diajak oleh Bapak Sugeng untuk mampir ke rumah temannya, yang bernama Bapak Ugik. Sebelumnya tim ekspedisi ini melakukan penelusuran fosil-fosil Gastropoda. Tim ekspedisi Tulungagung Selatan, tiba di rumah Bapak Ugik pukul 14:30 WIB. Setelah bertemu dengan Bapak Ugik, kami mendapatkan informasi bahwasanya kalau di sekitar rumahnya tersebut terdapat sebuah gua.
Sehingga ketertarikan dari tim Kajian Sejarah, Sosial, dan Budaya {KS2B} Tulungagung untuk menelusuri gua tersebut. Masyarakat sekitar menyebutnya Gua Gamping, karena gua tersebut berada di daerah Gamping, Campurdarat. Hari itu tepat pada selasa, 16 Maret 2010. Karena waktu hampir sore, 15:30 WIB, akhirnya setelah berbincang-bincang dengan Bapak Ugik, kami menuju ke gua dengan dipandu oleh Bapak Ugik.
Perjalanan menuju gua memang sulit dengan kemiringan 60 drajat , selain itu kami pun membuat jalan, dan menebangi ilalang yang menutupi jalan menuju ke gua. Perjalanan menuju ke gua ± 30 menit dari lokasi rumah Bapak Ugik.
Gua Gamping, berada di desa Gamping, Kec. Campurdarat, Kab. Tulungagung. Pada saat ekspedisi yang dilakukan KS2B Tulungagung, keberadan medannya memang sulit untuk ditempuh, memerlukan tenaga ekstra dan juga peralatan yang cukup. Sehingga tim KS2B Tulungagung ketika ekspedisi, membuka jalan untuk menuju ke gua tersebut.
Kondisi Gua Gamping
Keadaan Gua Gamping memang di atas perbukitan pegunungan selatan Tulungagung. Gua tersebut memang sebagian ruangannya bisa tertembus cahaya dari luar. Pada dinding gua nampak setalakmit dan setalaktit, selain itu juga pada dinding gua juga terdapat fosil-sofil kerang. Ketika kami melakukan ekspedidi, Gua Gamping terbagi menjadi tiga ruang, dua ruangan bisa terkena sinar matahari, dan satu ruangan gelab karena cahaya matahari tidak masuk. Adapun pintu masuk atau mulut gua tertutup dengan semak belukar pohonan liar.
Ketika kita memasuki gua, kita harus berhati-hati, Karena lantai gua banyak pecahan-pecahan batu lancip, kalau tidak hati-hati bisa mengeluarkan darah karena menginjak batu-batu di lantai.
Bentuk bebatuan yang berada di Gua Gamping, memang eksotik dan menawan hati bagi mereka yang melihatnya. Suasana yang asri dan nyaman, membuat kepekaan tersendiri bagi mereka yang menghadirkan diri pada Gua Gamping. Selain itu, antara ruang gua satu dengan ruang yang lainnya terhubung lorong-lorong kecil, kalau pun tidak hati-hati bisa terjatuh.
Adapun bebatuan setalaktit yang indah, bahkan menyerupai sisik naga. Pada lorong gua bagian atas, kita bisa menikmati pemandangan alam Tulungagung. Aliran sungai yang memanjang, dan juga sawah-ladang nampak kehijau-hijauan. Sehingga dengan keadaan gua yang tertimpa cahaya matahari menambah eksotika yang mendamaikan hati. Adanya ceruk dan juga dekat dengan aliran sungai di mungkinkan gua tersebut dulunya pernah di huni oleh manusia purba.
Tim Ekspedisi Gua Gamping:
1. Trijono, S.S.
2. Maryoko
3. Agus Ali Imron Al Akhyar
4. Sugeng
5. Ugik (Narasumber)
6. Merza Zumairy
7. Novelia Fijri
8. Alan