Kamis, 09 Juni 2011

CANDIKU MERANA DIMANA GENERASI MUDANYA?

Oleh 


Agus Ali Imron Al Akhyar



Candi adalah identitas fakta sejarah budaya bangsa yang patut dilestarikan.
CANDI merupakan sebuah wahana kesejarahan bagi generasi sekarang, dulu hingga sekarang peninggalan sejarah menjadi sebuah keagungan maha karya. Peninggalan bersejarah yang ada di Daerah Tulungagung perlu untuk segera dikembangkan serta diberdayakan semaksimal mungkin. Peninggalan sejarah tersebut dapat dijadikan media pendidikan pada generasi muda sekarang. Perlu untuk kita ingat, presiden pertama Indonesia, yaitu Ir. Soekarno pernah mencetuskan “JASMERAH” atau yang terkenal dengan sebutan jangan sekali-kali melupakan sejarah. 



Dari etika kita untuk mengenali kebudayaan maupun kesejarahan local, maka kita akan mampu menumbuhkan rasa bangga akan peninggalan tersebut. Suram dan sepi, merupakan keadaan nyata pada situs-situs bersejarah di Tulungagung. Padahal secara tidak langsung keberadaan situs tersebut dapat dijadikan pengajaran local disetiap lembaga sekolah. Sehingga jangan terlalu sering keluar kota untuk berekreasi di kota lain, padahal di daerah sendiri terdapat berbagai peninggalan sejarah.


Candiku yang merana kini sudah nampak usang dan tuanya, karena waktu terus menggerusnya. Candi-candi di Daerah Tulungagung sendiri sangat banyak sekali, mulai Candi Dadi, Candi Gayatri, Candi Sanggrahan , Candi Mirigambar, Candi Penampihan, Candi Djoho, Candi Ampel dan masih banyak lainnya yang belum terkuak dipermukaan public. Seiring perkembangan zaman candipun memerlukan sentuhan tangan-tangan halus dari semua disiplin ilmu, agar dapat diberdayakan sebagai potensi wisata education dimasa kini.


Peradaban boleh berganti, namun peninggalan warisan masa lampau tidak boleh dilupakan. Dari peradaban terdahululah hingga akhirnya terwujud peradaban masa sekarang. Dulu hingga sekarang pendidikan sejarah merupakan pendidikan yang konkrit dan fleksibel. Pengembangan dan pemberdayakan kesejarahan pada dasarnya sangat perlu sekali. Pemikiran jangka panjang demi terwujudnya Visit To Temple sangat diperlukan. Pemikiran jangka panjang demi generasi mudanya agar mengetahui serta membanggakan warisan budaya, merupakan potensi yang wajib untuk digalakan. 


Trend mode yang sudah mulai merusak pemikiran generasi muda (baca; Pelajar) haruslah difilter dengan secepat mungkin. Istilah “Ojo Dumeh” dalam masyarakat jawa tetap harus dipegang. Maksudnya adalah meskipun kita sudah di era global dan menenteng kemodernan, namun kita tidak meninggalkan warisan leluhur.


Menurut Jurgen Habermas mengatakan dalam daya kekuatan refleksi-diri, pengetahuan dan kepentingan adalah satu. Sehingga antara masa lampau dengan masa sekarang selalu terkait satu sama yang lainnya. Perlunya sejarah menjadi refleksi dimasa kini sangatlah penting sekali.

Heritage dan Generasi Muda
Bertepatan dengan moment hari pahlawan kali ini, tentunya dapat dijadikan sebagai refleksi generasi muda (baca; pelajar) untuk mampu menghargai sejarah. Suatu perjalanan kehidupan merupakan sebuah refleksi yang perlu untuk dipelajari. Sebab dari sejarahlah kita mampu untuk memperbaiki diri ini agar lebih baik. Perjalanan dari satu etape ke etape lainnya, pada dasarnya memerlukan suatu kesigapan untuk mempelajari proses perjalanan, ketika ada yang salah kita benarkan, dan apabila ada yang benar kita mantapkan untuk melangkah.