Selasa, 13 November 2012

CANDI GAYATRI

Oleh 
Agus Ali Imron Al Akhyar




Candi ini berada di wilayah Boyolangu, tepatnya dibagian selatan dari Pusat Pemerintahan Kabupaten Tulungagung. Candi Gayatri atau sering disebut dengan Candi Boyolangu, lokasi candinya berada di tengah area pemukiman masyarakat, sehingga untuk menuju kesana tidak sulit, karena kita bisa bertanya dengan warga sekitar.

Bangunan candi gayatri ini terdapat tiga perwara; Bangunan perwara pertama yang berada di tengah (induk) berbentuk bujur sangkar dengan panjang dan lebar 11,40 meter. Di atasnya terdapat bangunan Arca Budha dengan kepala yang tidak ada selain itu dikeliling dengan tujuh umpak dengan dua umpak yang berangka tahun 1291 saka (1369 M)  dan 1322 saka (1389 M). Anak tangga candi ini menghadap ke barat dengan kondisi yang hancur selain itu bangunannya sudah morat-marit.

Bangunan perwara kedua berada di selatan bangunan induk, dengan ukuran panjang dan lebar 5,80 meter. Selain itu terdapat tiga buah archa yang menghadap ke barat serta dikelilingi dengan batu bata merah sebagai pembatas. Sedangkan bangunan perwara ke tiga berada di utara bangunan induk, dengan keadaan yang menyedihkan hampir sudah tidak berwujud sebagai bangunan lagi, banyak batu-batunya yang hancur dan tidak tertata rapi. Disebabkan waktu yang menggerusnya, akhirnya merana. Dengan ukuran 5,80 meter persegi panjang, bangunan ini dulunya sebagai tempat pemandian para permaisuri.

SEJARAH candi ini menurut sumber yang penulis ketemukan, pada pemerintahan Kerajaan Majapahit yang pertama bertahtalah Raja Raden Wijaya dengan gelar Kerta Rejasa Djajawardhana pada tahun 1293-1309. Beliau beristirahat dengan putri Raja Singosari Kertanegara yang ke VI, yaitu Gayatri atau mempunyai gelar Radjapatwi/Radjendiwai. Beliau mestinya bisa menduduki tahta kerajaan, tetapi karena menjadi seorang Biksu/Pendeta Budha akhirnya diwakilkan pada anaknya perempuan yang bergelar Tribuanawana Tungga Dewi Djojo Wisnuwardhani tahun 1328-1350. Pada tahun 1330 Gayatri wafat dan jenasahnya dimakamkan di Boyolangu.

Pada tahun 1350-1389 zaman pemerintahan Prabu Hayam Wuruk selalu diperhatikan pemeliharaan terhadap makam-makam para raja dan pahlawan Majapahit. Beliau memerintahkan untuk membuat Candi Patung Gayatri di tempat makam putri Gayatri sebagai penghormatan. Pada tahun 1500 pecahlah kerajaan Majapahit akibat adanya perang saudara. Kerajaan Majapahit menjadi lemah dan timbul kekacauan didalam negeri. Berkembanglah Agama Islam di Indonesia katika itu patung-patung yang menjadi pujaan pengikut Agama Hindu-Budha banyak yang mengalami kerusakan serta banyak yang ditimbun tanah hingga tidak kelihatan.

Pada tahun 1915 waktu pemerintahan penjajahan Belanda membuktikan tentang kebenaran sejarah Bangsa Indonesia, maka patung-patung yang tertimbun tanah tersebut dibongkar dan ternyata telah diketemukan sebuah arca besar kepalanya telah terpotong dan hingga sekarang belum dapat diketemukan. Patung tersebut dibersihkan dan dikembalikan pada tempat duduknya semula. Baru setelah penyelidikan dan pembersihan pada tahun 1921 diperoleh penjelasan bahwa patung tersebut adalah betul-betul makam putri Gayatri dari kerajaan Majapahit.

Berdasarkan angka tahun pada umpak yang ada, di duga Candi Gayatri ini dibangun pada masa Majapahit yang dipimpin oleh Hayam Wuruk (1359-1389 M). Sedangkan sifat, nama dan tempat bangunan tersebut disebutkan dalam kitab kesusastraan Nagarakertagama karangan Empu Prapanca; “Bahwa di Boyolangu terdapat bangunan suci (candi) beragama Budha dengan nama Prajnaparamitapuri”.

Dilihat dari keberadaannya Candi Gayatri ini di duga sebagai tempat pemuliaan atau pemakaman abu jenasah Gayatri. Dalam pemuliaan tersebut Gayatri diwujudkan sebagai Dyani Budha Wairocana dengan sikap tangan Dharmacakramudra.–—