Senin, 21 Januari 2013

SABAR; BERPIKIR ANTARA OTAK DAN HATI

Manusia diciptakan Allah Swt., adalah yang kelakuannya jelek adapula yang kelakuannya baik. Kadar manusia memang benar, kalau yang menentukan hanyalah keimanannya kepada Allah Swt., sehingga apa saja ketika ingin berbuat sesuatu tentu antara pikiran dan hatinya berbicara, sesuai apa tidak dengan keinginan kita. Prinsip hidup sesuai dengan pikiran dan hati kita, seimbangkan.

Sesering mungkin otak dipakai untuk berpikir, samahalnya dengan mengasah pisau dengan pengasahnya. Namun mengasahpun harus sesuai dengan apa yang diinginkannya. Otak selalu berkaitan dengan logika, sedangkan hati berkaitan dengan hawa nafsu yang selalu menuju keburukkan. Namun apabila kita mampu mengolah antara otak dan hati dengan seimbang atas petunjuk Allah Swt., maka diniatkan dengan ibadah karena-Nya.

Menahan dari sifat iri adalah sifat yang baik untuk diterapkan, sifat iri kepada orang lain merupakan pengolahan hati yang buruk, keterkaitan otak dan hati memang sangat erat sekali. Sifat iri akan selalu tertanam, apabila kita tidak pernah sabar untuk mempenjarakan hawa nafsu yang negatif. Manusia pasti bisa mengolahnya, andai bila keimanan selalu dipertebalkan, dzikir untuk meminta welas asih dari Tuhan, serta bersikap qona’ah.

Kita mampu untuk menyeimbangkan otak dipakai logika dan hati dipakai pengontrol hawa nafsu. Ketika manusia ada, maka manusia itu harus bertanggungjawab atas kelakuannya, semua atas petunjuk AllahSwt., ibadah adalah niatan yang mudah kita ucapkan, namun sulit untuk diterapkan, ketika syetan masih menyelimuti diri kita. Sehingga kita juga masih sulit membedakan mana syetan mana hati yang mendapat petunjuk-Nya.

Manakala syetan masih menyelimuti diri, sedangkan kita tidak bisa membedakan mana petunjuk Allah dan petunjuk syetan. Kita boleh bertindak sesuka hasil olah pemikiran dan hati kita, namun bahanya adalah kita tidak bisa membedakan mana petunjuk Allah dan mana syetan.

Semoga Allah melindungi diri ini, keluargaku, dan keturunanku nantinya, hanya Al-Qur’an dan Al Hadist yang menjadi rujukanku. Manakala matahari terbit cahaya hangat akan menghangatkan diri ini untuk selalu dzikir, manakala rembulan muncul di malam hari tak lupa ingatku pada-Nya, karena sesuai hal yang indah akan menjadi instrument kita untuk mengingat kebaikkan pada-Nya.