Latar Belakang
Makam Ki Ageng Sengguruh terletak di pemakaman umum, tepatnya di Dusun Pundensari, Desa Rejotangan, Kecamatan Rejotangan, Tulungagung. Tepatnya terletak ditebing sungai brantas. Kompleks ini berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 80 meter dan lebar 40 meter. Letak dusun berbatasan dengan ;
Sebelah barat : Ds. Aryojeding, Kecamatan Rejotangan
Sebelah selatan : Ds. Pakisrejo, Kecamatan Rejotangan
Sebelah timur : Kecamatan Rejotangan
Di sekitar makam keadaan geografi berupa tanah yang gersang dan berwujud daratan. Kondisi makam tanahnya gersang dan letaknya berdampingan dengan pemakaman umum, sebelah utara makam-makam kuno dan selatanya makam umum milik penduduk sekitar. Suhu di daerah makam tersebut sangat panas, karena letaknya berada di antara kebun masyarakat sekitar yang ditanami singkong dan beberapa pohon seperti pohon bambu, pohon kelapa.
Antara Legenda Dan Sejarah
Makam kuno peninggalan Kerajaan Majapahit tersebut adalah tempat peristirahatan terakhir Ki Ageng Sengguruh yang pernah berkuasa di tlatah Ariyoblitar pada masa pemerintahan Majapahit. Menurut cerita turun temurun yang berkembang di masyarakat, pada jaman pemerintahan Majapahit ada sebuah kerajaan kecil (kadipaten) yang merupakan cikal bakal dari Kabupaten Blitar dengan Ariyoblitar yang berdomisili disekitar Desa Aryojedeng dan Dusun Pundensari. Kerajaan tersebut memiliki seorang raja bernama Nilo Suwarno yang mempunyai seorang permaisuri dengan nama Sri Wulan. Raja Nilo Suwarno memiliki mahapatih dan juga kakak dari Nilo Suwarno yang terkenal licik dan lihai dalam mencari jabatan, yang bernama Ki Ageng Sengguruh.
Meskipun sudah menjadi mahapatih, tapi Ki Ageng Sengguruh diam-diam juga mengincar posisi Nilo Suwarno dan ingin melenyapkan dengan cara yang licik dan halus. Akhirnya kesempatan itupun datang ketika Sri Wulan sedang hamil dan ingin sekali makan ikan mas sisik kencoco (emas). Kemudian Ke Ageng Sengguruh mengatur rencananya untuk melenyapkan Nilo Suwarno untuk selamanya dengan cara yang halus agar tidak ada orangpun yang mencurigainya. Akhirnya Ki Ageng Sengguruh memberitahukan bahwa ikan mas sisik kencono hanya ada di Kedung Gayaran di wilayah Blitar selatan yang kini petilsannya dikenal dengan nama Kandung yang terletak di selatan Desa Tanen Kecamatan Rejotangan. Nama Kandung diambil dari nama anak putra Nilo Suwarno yang mempunyai nama Joko Kandung yang lahir setelah hilangnya Nilo Suwarno. Dalam mencari ikan mas sisik kencono, Nilo Suwarno didampingi oleh Ki Ageng Sengguruh dan beberapa pengawal. Setelah sampai di Kedung tersebut mereka beristirahat sebentar. Dalam waktu istirahat tersebut Ki Ageng Sengguruh mulai merencanakan untuk melenyapkan Nilo Suwarno dengan dibantu para pengawal pribadinya.
Setelah selesai istirahat Ki Ageng Sengguruh pura-pura mengamati keadaan kedung tersebut untuk mencari ikan mas sisik kencono, yang diinginkan istri Nilo Suwarno. Kemudian Ki Ageng Sengguruh memanggil Nilo Suwarno untuk melihat ikan mas sisik kencono yang ada di dalam kedung. Akhirnya Nilo Suwarno berdiri di tepi kedung untuk melihat keberadaan ikan mas sisik kencono. Tanpa diduga sebelumnya tiba-tiba Ki Ageng Sengguruh mendorong tangannya ke bahu Nilo Suwarno yang berakibat jatuhnya Nilo Suwarno ke dalam kedung. Setelah melihat incarannya sudah jatuh didalam kedung, Ki Ageng Sengguruh dan pengawalnya mencoba menutup kedung tersebut dengan batu, agar perbuatannya tidak diketahui oleh orang lain.
Alkisah setelah melemparkan Nilo Suwarno, Ki Ageng Sengguruh dan pengawalnya pulang ke Kadipaten Ariyoblitar. Setelah sampai Ki Ageng Sengguruh mulai mencertitakan kejadian yang terjadi dengan cerita bohong. Meski Ki Ageng Sengguruh menceritakan dengan memikat, tapi hati kecil Sri Wulan tidak dapat dibohongi. Menurut Ki Ageng Sengguruh, Nilo Suwarno hilang ditengah kedung ketika akan mengambil ikan mas sisik kencono di dalam kedung. Karena sudah tidak kuat lagi tinggal di Kadipaten, karena setiap hari harus melihat orang yang telah menghilangkan suaminya, maka Sri Wulan memutuskan untuk mengasingkan diri di daerah pegunungan PEGAT yang sekarang ada di wilayah Srengat Kabupaten Blitar . Akhirnya bayi yang dikandung itupun lahir tanpa didampingi oleh seorang ayah. Anak yang lahir tersebut diberi nama Joko Kandung.
Akhirnya cerita Joko Kandung yang telah menginjak usia remaja diambil sebagai anak angkat Ki Ageng Sengguruh yang telah menggantikan posisi Nilo Suwarno. Joko Kandung yang lama hidup dengan ibunya tahu bahwa Ayahnya hilang disebabkan oleh kelicikan dari Ki Ageng Sengguruh yang menginginkan tahta Kadipaten Ariyoblitar. Setelah dewasa Joko Kandung diberi beberapa senjata pusaka oleh Ki Ageng Sengguruh dengan tujuan untuk menjaga diri. Joko Kandung hanya memilih sebuah keris kecil milik ayahnya yang bernama keris Clundrik. Setelah mendapatkan keris milik ayahnya, Joko Kandung berniat untuk balas dendam dengan menusukkan keris clundrik ke Ki Ageng Sengguruh ketika lengah. Setelah berhasil membunuh Ki Ageng Sengguruh akhirnya Joko Kandung melarikan diri ke pegunungan Blitar selatan (di daerah Kandung) dan disana dia hilang tanpa jejak, dan akhirnya bukit tersebut sampai sekarang diberi nama ”KANDUNG”.